BAB 46

18.5K 2.1K 2.4K
                                    

Happy reading

Tandai typo dan janga lupa tinggalkan jejak

Sean memasuki kamarnya, pemuda itu tersenyum saat melihat istrinya sudah bangun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sean memasuki kamarnya, pemuda itu tersenyum saat melihat istrinya sudah bangun. Sea langsung dibawa pulang dan ada dokter yang akan mengawasinya sampai keadaannya membaik.

"Sayang, lo udah laper? Mau makan apa?" tanyanya kepada Sea yang hanya diam saja.

"Maaf gue ngelakuin ini demi kebaikan kita," Sean menyentuh rantai yang membelit tangan dan kaki istrinya.

Klang!

Itu adalah suara rantai yang cukup nyaring, Sea mencoba melepaskan benda tersebut. Gadis itu tertawa dengan tatapan kosongnya, Sean langsung memeluknya dengan erat.

"Gue terpaksa ngerantai lo, biar lo nggak nekat bunuh diri. Maaf Sea, gue nggak mau kehilangan lo," bisik pemuda itu dengan suara seraknya, dadanya terasa sesak saat melihat keadaan istrinya yang sekarang.

"Maaf Sayang," Sean tidak melepaskan pelukannya, meskipun sang istri terus meronta.

Sea menangis, gadis itu ingin mati—namun Sean selalu menghalanginya dan sekarang dirinya dirantai. Pergerakan Sea dibatasi, ia sudah mirip seperti seorang tawanan yang sangat berbahaya.

"Gue benci lo, Sean! Benci! Benci!" jerit gadis itu.

"Gue nggak peduli dibenci sama lo, setidaknya disini gue nggak bakalan kehilangan lo. Gapapa Sea, lo boleh benci gue. Asal jangan tinggalin gue," lirih pemuda itu.

Sean tidak ingin dibenci sedalam ini, apalagi oleh istrinya. Pemuda itu tidak mau Sea meninggalkannya, hanya itu saja. Namun tatapan Sea kepadanya, membuat dadanya menjadi sesak dan ia sangat membenci tatapan itu.

"Cukup Sea, jangan lukain diri lo sendiri. Udah cukup gue yang banyak ngelukain lo, jangan lo nambah luka lagi. Gue emang bodoh, seharusnya gue jujur dari awal dan biarin Papa murka. Gue cuma mau ngelindungin lo dari Papa, tapi cara gue salah. Apa cinta emang serumit ini?" Sean melepaskan pelukannya, ia menangkup wajah cantik istrinya.

"Gue cuma mau dicintai sama lo, gue mau hidup bareng lo dan ngelihat lo cemburu karena gue," pemuda itu menyatukan kening mereka.

"Gue sengaja puji Luna dan pura-pura suka sama dia, karena gue mau lihat lo cemburu. Tapi lo nggak pernah cemburu, malah ngedorong gue buat semakin ngejauh dari lo. Mungkin itu alasan gue sering nyakitin lo sama kata-kata kasar gue, cuma karena mau lihat cemburu aja. Maaf Sea, orang bodoh ini selalu nyakitin lo tanpa sadar. Ravin bener, cinta gue ke lo berlebihan dan itu buat lo sakit. Tapi itu cara gue buat nunjukkin rasa cinta gue," Sean menatap tepat pada mata hijau yang menatapnya dengan penuh kebencian.

"Selain itu, gue mau ngelindungin lo dari ambisi Papa yang mau ngejodohin gue sama Luna. Gue nggak tau kalau cara gue salah dan ngehancurin masa depan lo," sesalnya.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now