BAB 34

16.1K 1.8K 2.3K
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

"Lo nggak kangen sama gue?" tanya Sean yang masih berdiri di depan pintu kamar Sea, wajah pemuda terdapat cipratan darah yang cukup banyak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo nggak kangen sama gue?" tanya Sean yang masih berdiri di depan pintu kamar Sea, wajah pemuda terdapat cipratan darah yang cukup banyak.

Tidak mendapatkan jawab dari Sea, membuatnya melangkah ke dalam. Gadis itu langsung melemparnya dengan vas bunga yang ada di nakas dan Sean berhasil menghindarinya.

Prang!

"Sea!" sentaknya.

"Brengsek! Lo apain bang Ravin?" Sea menahan getaran suaranya, ia takut terjadi sesuatu pada Ravin.

"Ravin? Dia udah mati," jawab Sean yang kini berhasil menahan kedua tangan adik angkatnya.

Seketika tangisan Sea pecah, gadis itu meronta dan mencoba keluar dari kamarnya. Sean masih menahannya, ia tidak akan membiarkan Sea melihat keadaan Ravin yang cukup mengenaskan.

"Lepas! Bang Ravin!" gadis itu meneriaki nama Ravin, membuat Sean langsung mencengkeram rahangnya.

"Jangan sebut nama cowok lain di depan gue, sialan!" umpat pemuda itu sambil menahan rahang Sea.

Sean tidak suka melihat Sea menangisi Ravin separah ini, bahkan dengannya saja gadis itu tidak pernah menangis seperti ini. Sebenarnya ada hubungan apa diantara Sea dengan Ravin? Kenapa reaksi gadis itu sangat berlebihan?

"Lo suka sama Ravin?" tanya Sean dengan tatapan marahnya.

Bruk!

"Papa akan mengobatinya, kalau kamu pulang ke kediaman Delwin!" kata Felix yang baru saja menaruh tubuh Ravin di depan kamar Sea.

"Bang Ravin," Sea menatap abangnya yang terluka parah, tetapi ia bisa melihat dada Ravin masih bergerak—itu artinya pemuda itu masih hidup.

"Papa terlalu gegabah, bukan itu yang aku mau!" protes Sean.

"Lalu apa? Dia terluka parah, kalau tidak segera ditangani—temanmu ini akan mati," ucap Felix.

Sea menggeleng, gadis itu tidak mau kehilangan Hen untuk keduanya kalinya. Sean menyeringai, ia tahu kalau adik angkatnya tidak akan menolak tawaran darinya. Meskipun dirinya sedikit kesal, karena Sea terlalu peduli pada Ravin yang bukan siapa-siapanya.

"Keselamatan Ravin ada di tangan gue, kalau lo nggak mau dia mati—lo harus nurut sama gue!" kata Sean.

"Pilihan ada di tanganmu, Sea. Papa akan mengobati Ravin kalau Sean menyetujuinya," ujar Felix.

"Apa jawaban lo, Sayang?" tanya Sean yang mengusap pipi lembut sang adik.

Sea mengangguk, ia tidak mau kehilangan Ravin yang merupakan Hendery—orang yang sangat disayanginya. "Aku bakalan nurut sama bang Sean."

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now