BAB 10

41.3K 3.2K 453
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Sea masih berada di dalam kelasnya, meskipun bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sea masih berada di dalam kelasnya, meskipun bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Ia sedang malas ke kantin, sehingga memilih untuk belajar. Namun konsentrasinya mulai terganggu, karena beberapa temannya mulai berisik.

"Sea, lo tau kenapa Lion nggak masuk selama tiga hari?" tanya salah satu temannya.

"Enggak, emangnya kemana si Lion?" Sea menutup kembali buku di mejanya.

"Lion udah nggak ada, dia kecelakaan motor dan sempet kritis. Tapi nyawanya nggak tertolong, Lion udah nggak ada dari dua hari yang lalu," jelasnya sambil menangis.

Iris hijau Sea tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, ia tidak menyangka kalau teman sekelasnya akan pergi secepat ini. Ya walaupun umur setiap orang itu berbeda-beda, tetapi rasanya begitu cepat.

"Kata wali kelas, nanti habis istirahat kita nggak ada pelajaran. Kita semua bakalan pergi ke rumah Lion," ucap ketua kelas yang baru masuk.

Sea memejamkan matanya sejenak, baru beberapa hari yang lalu dirinya mendapatkan pernyataan cinta dari Lion. Kini anak laki-laki itu sudah pergi untuk selama-lamanya. Sea merasa bersalah, karena ia menolaknya. Namun dirinya memiliki alasan tertentu, Sea tidak mau berpacaran dengan bocah SMP dan mau fokus belajar dulu.

"Gue masih nggak nyangka, Lion ninggalin kita secepat ini," ucap salah satu dari mereka.

"Makanya kalau belum cukup umur, jangan keras kepala naik sepeda motor. Nanti bisa kayak Lion," ucap salah satu anak laki-laki.

"Hush, nggak boleh ngomong gitu. Namanya musibah dan umur, nggak ada yang tau. Meskipun kita udah hati-hati, belum tentu orang lain hati-hati. Udah jangan ngomongin orang yang udah nggak ada, kasian," tegur ketua kelas.

Setelah itu keadaan semakin berisik dan Sea hanya diam memperhatikan teman-teman sekelasnya. Ketua kelas sudah beberapa kali menegur mereka, tetapi tidak digubris.

Disisi lain, Felix sedang menjemput Sean untuk kembali pulang. Meskipun hukuman pemuda itu belum selesai, tetapi Sean harus segera pulang atau Vanila akan semakin marah—karena dijauhkan dari putranya.

"Brian, katanya dia overdosis obat. Apa kamu mengetahui hal ini?" tanya Felix kepada putranya yang tengah asyik bermain ponsel.

"Kenapa nanya aku? Papa curiga sama aku?" tanya Sean tanpa melihat papanya yang tengah menyetir.

"Papa hanya bertanya, karena keadaannya semakin parah. Semoga saja kamu tidak terlibat dalam masalah ini, karena Papa tidak akan membantumu," kata Felix sambil meliriknya sekilas.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now