BAB 2

45.9K 3.6K 262
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Sean terlihat menuruni tangga, pemuda itu sudah memakai seragamnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sean terlihat menuruni tangga, pemuda itu sudah memakai seragamnya. Penampilan Sean terlihat seperti seorang siswa, seragamnya tidak dikancing dan dikeluarkan, tidak ada dasi dan rambutnya bagian depannya sudah menutupi sebagian matanya.

"Mama dimana?" tanyanya kepada salah satu maid yang melintas.

"Nyonya ikut dengan tuan Felix ke luar negeri, tadi jam lima pagi mereka berangkat," jawab maid tersebut.

"Ck, kenapa gue selalu ditinggal sendirian?" kesal Sean yang kembali melanjutkan langkahnya.

"Tuan muda, maaf mengganggu anda. Saya hanya ingin menyampaikan pesan, Nyonya meminta anda untuk menjaga Nona dan tuan Felix mengatakan akan mengurangi uang jajan anda kalau Nona sampai terluka," ucap salah satu penjaga yang sangat dipercaya Felix.

"Pergi!" usir Sean kepada penjaga itu.

"Sialan! Kenapa harus gue yang jaga tuh boneka vampir, dia udah besar dan nggak bakalan terluka, kalau bukan orang yang bego atau ceroboh," Sean semakin kesal, rasanya ia ingin mencekik Sea yang semakin menyusahkan hidupnya.

Pemuda itu tidak jadi sarapan, ia sangat malas melihat wajah pucat Sea. Namun sepertinya kesialan menimpanya pagi ini, dimana Sean melihat sosok boneka vampir yang datang menghampirinya dengan senyuman yang terlihat menyebalkan.

"Bang Sean, ini aku buatin bekal," Sea menyodorkan sebuah tas kecil yang berisi bekal untuk Sean.

"Gue nggak makan racun," perkataan pemuda itu yang cukup mengejutkan.

"Ini nggak ada racunnya, aku tadi masak bareng koki. Ini khusus buat bang Sean," ucap Sea dengan senyuman yang kini terlihat canggung.

Sean mengambilnya, seketika senyuman Sea semakin merekah. Usahanya tidak sia-sia, pasti Sean akan menerima hasil kerja kerasnya. Namun dugaan Sea meleset, anak perempuan itu menatap nanar masakannya yang dilempar ke lantai.

"Gue nggak sengaja," kata Sean yang tengah tersenyum puas.

Sea mendongak, anak perempuan itu menghembuskan nafas pelan. Setidaknya kalau tidak mau menerimanya, bisa dikembalikan kepadanya—bukan dibuang. Sea memberikan senyuman tipisnya, anak perempuan itu memakluminya.

"Gapapa, mungkin tadi wadahnya masih panas—jadi bang Sean nggak sengaja ngejatuhin," ucap Sea.

"Gue nggak sudi dipanggil abang sama lo! Berhenti panggil gue abang, karena kita bukan saudara!" bentak Sean sebelum keluar dari rumahnya.

Penjaga yang tadi menyampaikan pesan dari Felix dan Vanila, kini menghampiri Sea yang terlihat menunduk. Ia mengira kalau Sea tengah menangis, padahal anak perempuan itu sedang menahan diri untuk tidak memukul kepala Sean yang tingkahnya benar-benar menyebalkan.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now