BAB 18

27.7K 2.4K 753
                                    

Double up, terima kasih untuk antusiasnya

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Sea tidak bisa tidur, meskipun ia sudah mencobanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sea tidak bisa tidur, meskipun ia sudah mencobanya. Jadi gadis itu memutuskan untuk pergi ke dapur dan membuat sarapan, setelah sebelumnya sudah belajar sampai jam empat subuh. Sean sendiri masih belum bangun, pemuda itu masih tertidur di kamar Sea.

Entah sudah berapa lama dirinya berada di dapur, para pekerja sudah berdatangan dan membantu Sea untuk menyiapkan sarapan. Gadis itu juga membuat bekal untuknya dan juga Sean, meski dirinya tidak tahu sang kakak akan menerima bekal buatannya atau tidak.

"Nona, biar kami yang meneruskannya. Nona bisa menunggu di ruang makan," kata Koki yang terlihat tidak enak, karena seharusnya mereka yang menyiapkan sarapan.

"Gapapa, sebentar lagi selesai," jawab Sea tanpa memedulikan tatapan koki dan yang lainnya.

"Siapa yang nyuruh lo masak?"

Gadis itu terkejut sampai tidak sengaja melukai tangannya sendiri, Sean menyuruh semua orang untuk pergi dari dapur. Pemuda itu mendekati adiknya yang baru saja tergores pisau, Sea memang begitu fokus memotong buah apel dan tidak sadar kalau Sean sudah bangun sejak tadi.

"Ceroboh!" pemuda itu menarik tangan adiknya yang terluka.

"Bang Sean, itu kotor," kata Sea yang mencoba menarik jemarinya yang dikulum oleh pemuda itu.

Sean tidak menggubrisnya, ia tetap membersihkan darah di jari adiknya. Pemuda itu menatap wajah Sea yang terlihat tidak nyaman, tetapi ia tidak memedulikannya.

"Sakit?" tanyanya sambil membawa tangan Sea ke wastafel.

"Nggak," jawab gadis itu.

"Jangan masak lagi kalau lo sering ceroboh, gue nggak suka lihat lo masak," kata Sean yang menatap masakan adiknya dengan tajam.

"Sekali lagi lo masak sendiri, gue potong tangan lo biar nggak bisa masak lagi!" lanjutnya sambil menarik Sea untu keluar dari dapur.

Sean menarik salah satu kursi dan mendorong adiknya untuk duduk disana, lalu ia duduk di kursi sebelahnya. Keduanya sama-sama tidak membuka suara, sampai Sean menyuruh salah satu maid untuk mengambil kotak obat.

"Lo nggak bisa diem atau duduk nunggu Koki selesai masak?" tanyanya dengan nada sedikit membentak.

"Aku mau buatin sarapan khusus untuk bang Sean, soalnya abang lagi terluka. Tapi aku kurang hati-hati, maaf udah buat bang Sean khawatir," ucap Sea dengan senyuman tipisnya.

"Ck, siapa yang khawatir sama lo? Gue cuma nggak mau disalahin kalau lo terluka!" kata Sean sambil mendengus kesal.

"Iya deh, yang nggak khawatir sama aku. Tapi panik waktu jariku kena pisau," gadis itu tertawa kecil, saat mengingat wajah panik kakaknya yang ditutupi dengan nada suara yang sangat galak.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now