BAB 23

21.5K 1.8K 2.2K
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sean baru terbangun, ternyata ia ketiduran. Pemuda itu menggeliat pelan, leher menjadi kaku karena dirinya tidur dengan posisi duduk. Setelah cukup membaik, Sean pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Awalnya pemuda itu tidak mau mandi, tapi ia berubah pikiran dan memilih mandi.

"Gue ketiduran, jadi nggak tau apa aja yang dilakuin sama Sea. Sekarang kemana dia? Kenapa nggak ada di kamarnya?" Sean melempar ponselnya, ia tidak melihat keberadaan Sea di dalam kamar.

Pemuda itu memutuskan untuk melihatnya langsung, siapa tahu Sea berada di dalam kamar mandi. Namun saat ia membuka kamar Sea, kamar tersebut kosong dan terasa dingin. Sepertinya gadis itu tidak berada di dalam kamarnya dalam waktu cukup lama.

"Sialan! Kemana dia?"

Sean menuruni tangga, mata tajamnya melihat sekitarnya. Pemuda itu tidak menemukan keberadaan adiknya, ia memutuskan untuk bertanya kepada Robert.

"Dimana Sea?"

"Nona Sea baru selesai bermain dengan kucing, sekarang Nona berada di ruang makan," jawab Robert yang sejak tadi menemani Sea bermain dengan kucing, tentu saja didampingi oleh pawang kucing juga.

Sean langsung pergi ke ruang makan, ia ingin memastikannya sendiri kalau Sea benar berada disana. Pemuda itu menghentikan langkahnya, ia melihat adiknya yang tengah makan malam sendirian.

"Ambilin gue makan!"

Sea hampir tersedak, karena terkejut. Gadis itu mengambil piring baru dan mengisinya dengan beberapa lauk yang ada di meja, setelah itu ia meletakkan piring tersebut di depan Sean.

Sea kembali melanjutkan makannya, gadis itu ingin cepat-cepat kembali ke kamarnya dan belajar sampai ia merasa lelah. Sea tidak mungkin bisa tidur dengan nyenyak, kalau tidak benar-benar kelelahan.

"Suapin gue!" titah Sean.

Gadis itu kembali duduk, meskipun ia sudah selesai makan. Tanpa banyak bicara, Sea menyuapinya. Hal seperti ini sudah menjadi rutinitas gadis itu, kalau tidak ada Felix dan Vanila. Sean selalu memintanya untuk disuapi, sedangkan pemuda itu sibuk dengan ponselnya. Namun kali ini berbeda, pemuda itu tidak membawa ponselnya dan malah sibuk memelototi Sea.

"Cuih!" Sean meludah ke samping.

Brak!

"Lo sengaja ngasih makan gue cabe?" tanyanya sambil menggebrak meja.

"Aku nggak tau kalau ada cabenya," jawab gadis itu yang memang sengaja menaruh empat cabai di dalam nasi yang baru saja Sean makan.

Plak!

Kepala Sea tertoleh ke samping, rasanya cukup menyakitkan. Namun gadis itu tidak bereaksi apapun, ia bahkan tidak memegang pipinya yang baru saja ditampar sama Sean.

The Villain's Obsessed (End)Where stories live. Discover now