BAB 8

41.7K 3.6K 343
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Sea membuka matanya dengan malas, ia masih sangat mengantuk

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Sea membuka matanya dengan malas, ia masih sangat mengantuk. Andai saja hari ini tanggal merah atau weekend, pasti Sea masih berada di tempat tidurnya dan melanjutkan mimpi indahnya.

"Leher gue kenapa agak ngilu ya?" Sea menatap penampilannya di cermin kamar mandi.

"Lho? Kenapa leher gue merah-merah? Jangan bilang gue alergi!" pekiknya saat melihat ruam kemerahan di lehernya.

Sea mencoba menghilangkannya dengan sabun, tetapi itu tidak berhasil. Setelah mandi, ia akan menanyakan hal ini kepada Robert—mungkin pria itu mengetahui obat alergi yang sangat ampuh. Sea tidak mungkin ke sekolah dengan keadaan seperti ini.

"Masa alerginya cuma di leher aja?" bingungnya saat tidak menemukan ruam di tempat yang lain.

Sea mempercepat mandinya, ia harus meminum obat alergi sebelum ruamnya semakin menyebar kemana-mana. Ia keluar dari kamar mandi dengan seragamnya, karena sebelum masuk Sea sudah membawanya.

Ceklek...

Sea keluar dari kamarnya, ia hendak menuruni tangan. Namun, suara Sean menghentikannya. Pemuda itu terlihat baru bangun, ia menghampiri adiknya yang terlihat gelisah.

"Kenapa?" tanyanya sambil melirik leher sang adik.

"Bang, masa leher aku merah-merah? Ini alergi apa ya?" tanya Sea sambil menunjukkan lehernya.

Sean tersenyum samar, pemuda itu menyentuh hasil karyanya yang dibuat semalam. "Ini bisa ditutupi pakai syal, nggak perlu obat. Dua atau tiga hari pasti hilang."

"Beneran nggak usah minum obat? Tapi ini nggak bahaya 'kan?" Sea terlihat begitu polos, karena ia memang tidak pernah berpacaran dan tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di lehernya itu.

"Hm, lo siap-siap sana! Gue anter!" kata pemuda itu sambil mengusap puncak kepala adiknya.

Sea mengerjapkan matanya, ia tidak salah dengar 'kan? Tadi Sean bilang akan mengantarnya ke sekolah, terdengar mustahil tapi Sea tidak memiliki gangguan pendengaran. Dengan semangat, anak perempuan itu kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Nggak mungkin gue pakai syal, mending ditutupin pakai foundation," Sea mencari foundation yang ada di meja riasnya, benda itu memang sudah ada disitu dari awal Sea berada di kediaman ini.

Setelah rapi, Sea keluar dari kamarnya. Lagi-lagi ia berpapasan dengan Sean yang hendak turun, pemuda itu mengulurkan tangannya dan dengan ragu Sea menerimanya. Pemuda itu tidak menyeretnya, tetapi menggenggam tangan sang adik.

"Bang Sean kenapa nggak pakai seragam?" tanya Sea.

"Sekolah gue libur," jawab Sean berbohong, pemuda itu tidak mungkin mengatakan kalau dirinya di skors selama seminggu.

The Villain's Obsessed (End)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz