BAB 39

16.4K 1.7K 2.5K
                                    

Happy reading

Tandai typo dan jangan lupa tinggalkan jejak

Semenjak pernyataan Sean tentang perasaannya kepada Sea, pemuda itu benar-benar menunjukkan sikap yang berbeda

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Semenjak pernyataan Sean tentang perasaannya kepada Sea, pemuda itu benar-benar menunjukkan sikap yang berbeda. Bahkan Sean tidak keluyuran seperti sebelumnya, pemuda itu akan keluar rumah saat ada hal penting saja.

Untuk kuliah, Sean masih libur semester dan rencananya ia akan membawa Sea untuk pergi honeymoon. Namun gadis itu menolaknya, karena kandungannya tidak cukup kuat untuk perjalanan jauh sampai ke luar negeri.

Sekarang Sean berada di luar, karena Yoshi meminta bantuannya. Sea berada di ruang keluarga bersama Ravin, karena hari ini pemuda itu tidak memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan.

"Sea, gue nggak mau!" tolak Ravin yang sejak tadi diminta untuk menjadi objek dari keinginan adiknya.

"Ayolah mau, gue tadi habis lihat tutorial makeup dan mau coba praktekin. Gue mau coba sama bang Ravin dulu," ucap Sea yang sangat ingin mendandani Ravin, ia memang sengaja mengusili abangnya.

"Nggak usah aneh-aneh! Gue cowok tulen, anjir," pemuda itu sangat yakin kalau ini adalah keinginan Sea, bukan keponakannya.

"Nggak asyik, katanya mau nemenin gue. Tapi diajak main nggak mau," kesal Sea yang kini duduk membelakangi Ravin.

Pemuda itu memejamkan matanya sejenak, "Oke."

Sea membalikkan bandannya dan tersenyum begitu manis, Ravin membalasnya dengan senyum tertekannya. Tidak apa-apa asalkan adiknya senang, pemuda itu akan melakukan apapun untuk membuat Sea tersenyum seperti ini.

"Jangan banyak gerak, nanti hasilnya jelek!" tegur gadis itu waktu Ravin hendak membuka matanya.

"Mata gue perih, Sea," ucap pemuda itu yang kelilipan.

"Udah kok, bang Ravin bisa buka matanya," ucap Sea yang berusaha keras untuk tidak tertawa.

"Kok kayak ada yang aneh ya?" curiga Ravin saat melihat ekspresi adiknya.

Pemuda itu mengambil ponselnya dan melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan wajahnya, seketika bahu Ravin melemas dan suara tawa Sea membuatnya mendelik kesal.

"Lo bener-bener ya!" pemuda itu menarik tangan adiknya agar mendekat, lalu ia mencubit gemas pipi Sea yang mulai berisi.

"Bang Ravin ganteng," ucap gadis itu yang belum menghentikan tawanya.

Ravin yang sebelumnya berpura-pura marah, kini ikut menyunggingkan senyumannya. Pemuda itu sangat senang melihat tawa adiknya yang kembali lepas, ia ingin melihat Sea sering tertawa karenanya.

"Sayang," suara Sean langsung menghentikan tawa Sea.

Ravin mengusap wajahnya dengan tisu basah yang ada di dekatnya, ia tidak mau ditertawakan oleh Sean. Suara langkah semakin mendekat dan tak lama kemudian ada sepasang tangan yang memeluk Sea dari belakang.

The Villain's Obsessed (End)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora