53. What Makes You Happy

9.4K 776 24
                                    

Nadiem

Aku berutang penjelasan pada Dinda. Jika ingin hubungan ini berhasil, aku tidak boleh membiarkan adanya kesalahpahaman yang bisa membuat Dinda jauh dariku.

Posisi Dinda sebagai karyawanku yang membuatku tidak bisa bercerita banyak kepadanya. Namun kebingungan yang kulihat di wajahnya saat mendengarkan ucapan Renata membuatku tidak bisa mengelak lagi.

Dinda tidak menyinggung perihal Renata. Juga tidak bertanya apa-apa. Tapi dari tatapannya, aku tahu ada gejolak yang berusaha ditahannya.

"Aku sudah lama enggak melihat kamu menulis novel lagi," ujarku berbasa basi. Aku mengambil tempat di sebelah Dinda sementara dia memencet remote mencari channel yang menarik.

"Lagi enggak mood." Jawaban itu biasa saja, tapi terdengar ketus di telingaku.

"Soal Renata." Aku membuka suaea, membuat Dinda berhenti memencet remote. Dja memutar tubuh hingga menghadap ke adahku.

"Perusahaanmu baik-baik saja?"

Aku menghela napas dan menggeleng.

"Aku bisa kena layoff lagi?" Tanyanya.

"Not on my watch."

Dinda menatapku dengan kening berkerut. Aku membuka mulut, menceritakan semuanya. Bagaimana Papa mendirikan perusahaan itu sebagai diverkasi untuk mengakali pajak. Sejak awal, dia tidak pernah serius di bidang ini. Global Persada hanya salah satu tempat bagi Papa dan koleganya untuk mengelabui pajak.

"Papa sengaja menempatkanku di sana sebagai ujian. Awalnya aku enggak keberatan, toh paling cuma satu atau dua tahun saja. Tujuanku adalah perusahaan inti," lanjutku.

Dinda menyimak tanpa suara, membuatku terdorong untuk mengeluarkan semuanya.

"Saat menangani perusahaan ini, aku melihat ada potensi. Aku pun membenahinya. Aku tidak lagi mengizinkan Papa atau siapa pun ikut campur. Aku bisa melihat masa depan di sini, tapi kondisinya begitu goyah. Aku butuh bantuan dana, tapi Papa menolak," lanjutku.

Baru kali ini aku melihat Papa merasa terancam. Papa memintaku pulang untuk menjadi pion yang bisa digerakkannya sementara dia mendulang kekuasaan di bidang politik. Papa salah menduga bahwa aku anak kecil yang bisa disetir.

"Papa memang memberiku saham, warisan untukku juga sudah cair. Papa kira itu bisa membuatku melunak." Tanpa sadar aku mengusap lengan Dinda. Kehangatan yang diberikannya membuat kekhawatiranku mereda. "Makanya Papa memakai cara lain. Dia menyetop investasi di perusahaan ini. Keadaan yang tadinya belum stabil, sekadang makin goyah."

"Apa hubungannya sama Renata?"

Perempuan licik satu itu selalu bisa mengendus di mana tempat uang berada.

"Dia yang memberitahuku rencana Papa. Awalnya aku mengabaikannya, tapi setelah mengalaminya langsung, aku percaya padanya. Itu yang membuatku gencar mencari investor jadi meski tanpa Papa, aku tetap bisa menjalankan perusahaan ini," jawabku.

"Dia meminta balasan apa?"

"Sahamku dan Nina masing-masing 10% untuk Nino," jawabk.

"Nino enggak dapat apa-apa?" Dinda kembali bertanya.

Aku menggeleng. "Renata sudah mendapat posisi dan saham di yayasan yang dibentuk Papa. Tentu saja itu yayasan cuma buat kamuflase, sekaligus untuk meningkatkan citra Papa sebagai wakil rakyat yang pantas dipuja." Aku muak dengan Papa yang munafik. Kapan kebohongannya terbongkar?

"Tapi, itu belum cukup?"

"Renata enggak akan pernah merasa cukup. Dia hampir memiliki semuanya sewaktu Papa mau bercerai dari Mama, jadi dia bisa diangkat sebagai istri sah. Tapi, perceraian itu batal," jawabku.

Yes, Sir! (Buku ketiga dari Yes series)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora