49. Love Me Like You Do

12.3K 813 72
                                    

"Dinda?"

Selama sesaat, Nadiem terpaku di pintu. Aku berdiri tidak jauh darinya, menunggu kepulangannya.

"Kamu kapan datang? Harusnya besok aku jemput ke Kudus," ujarnya. Nadiem meletakkan tas laptop di lantai, membuka sepatunya dan tidak peduli pada kekacauan yang dibuatnya sebelum melangkah mendekatiku.

Aku mengangkat pundak. "Surprise?"

Senyum lebar terkembang di wajahnya. Nadiem melangkah lebar hingga tak butuh waktu lama untuk tiba di hadapanku. Dalam sekali sentakan, dia menarikku ke pelukannya. Aku terpekik saat Nadiem memutar tubuhku.

Detik setelahnya, Nadiem menciumku. Tangannya terasa begitu protektif ketika memelukku. Telapak tangannya yang lebar menahan kepalaku, sehingga aku tidak bisa bergerak. Pun aku tidak mau beranjak. Aku membuka bibir dan membalas ciumannya dengan kerinduan yang sama.

"What a nice surprise," bisiknya. Nadiem melepaskan ciuman, tapi tidak mengambil jarak denganku. Matanya dengan tajam menatapku. "Miss you. So much."

"Makanya aku datang sekarang." Aku menjawab.

Nadiem tidak menanggapi. Matanya menatapku lekat-lekat. Aku merasakan pelukannya kian erat, hingga tak ada jarak yang tersisa di antara tubuhku dengannya. Ada kilat di matanya, kilat yang turut membakar tubuhku.

Hasrat begitu menggelora di dalam tubuhku. Sudah lama aku merasakannya, tapi malam ini, aku tak yakin ada kekuatan tersisa untuk menolak kehadiran hasrat tersebut.

Napas Nadiem yang pendek-pendek membuatku yakin dia pun tengah melawan hasrat yang sama. Kali ini, aku berharap Nadiem tidak melawannya.

"Fuck," geramnya. Nadiem kembali membungkamku dengan ciumannya. Bibirnya yang tebal dan penuh melumatku dengan liar. Tidak ada kelembutan di balik ciumannya.

He kissed me like an animal.

Begitu liar. Begitu kasar.

Aku melingkarkan lengan di lehernya, bibirku ikut bergerak mengikuti permainannya. Lidahnya yang membelitku membuatku kian larut dalam cumbuannya.

"Bercinta denganku, Dinda," bisiknya. Suaranya yang serak membuatku bergidik saat menyapa pendengaranku.

Nadiem mengalihkan ciumannya ke leherku, sementara tangannya dengan liar menyentuh tubuhku. Setiap jengkal tubuhku yang disentuhnya meninggalkan bara panas yang begitu membakar. Sentuhannya hanya membuat hasratku semakin menggebu-gebu.

Sambil menggeram, Nadiem menurunkan ciumannya. Dia menundukkan wajah sementara tangannya menangkup payudaraku. Aku hanya bisa melenguh saat Nadiem meremas payudaraku dengan keras.

"Aku mau kamu." Nadiem berkata tegas.

Aku tidak menolak ketika Nadiem melepaskan pakaianku. Dalam hati, aku mengusir jauh-jauh rasa rendah diri yang membuatku khawatir jika harus terbuka di hadapan Nadiem. Aku begitu menginginkannya, dan aku tidak ingin Nadiem meninggalkanku karena tidak menyukaiku.

Dingin AC menyentuh kulitku saat Nadiem melepaskan pakaianku. Aku hanya berbalut bra hitam yang tidak mampu menampung payudaraku sepenuhnya.

"Shit. You're so hot, wife." Nadiem meraup kedua payudaraku ke dalam genggamannya. Remasannya membuatku mendesah penuh kenikmatan.

Nadiem sedikit mengambil jarak, membuatku keberatan karena tidak ingin kehilangan kehangatan tubuhnya.

"Jadi, ini yang menghantuiku selama ini? Damn it, Dinda. Aku butuh waktu untuk mengagumi tubuhmu, tapi sekarang, aku enggak punya waktu untuk melakukannya. Aku membutuhkanmu," racaunya.

Yes, Sir! (Buku ketiga dari Yes series)Where stories live. Discover now