Penyesalan Caralya

4.9K 299 2
                                    

"Ikut gue" ucap Geovano saat berada dihadapan Auraline lalu menarik tangan gadis itu menjauh dari kerumunan.

Geovano melepaskan genggaman tangannya pada Auraline setelah berada di area kolam renang, lalu lelaki itu nampak mengeluarkan sekotak rokoknya beserta pemantik.

"Maaf ya Geo, gue kira kalian udah baikan jadi gak masalah kalau liburan bareng" ucap Auraline sedikit merasa bersalah kepada Geovano.

"Gak apa-apa, gue udah memperkirakan semuanya ko" ucap Geovano sambil menyalakan rokoknya dengan pemantik.

Auraline memang sudah menjelaskan kepada Geovano bahwa Chakra juga akan ikut berlibur, dan lelaki itu tetap menyetujui untuk ikut, oleh sebab itu Auraline mengira jika hubungan mereka sudah membaik, namun ternyata Chakra masih belum menerima sepenuhnya perdamaian itu, iya sih Auraline paham seberapa dalamnya dendam yang dimiliki Chakra untuk Geovano, jadi tidak semudah itu menghilangkannya, sangat membutuhkan waktu yang lama pastinya.

"Lu tau kalau situasinya akan seperti ini, terus kenapa masih mau ikut?" Tanya Auraline penasaran.

"Karena gue mau terus berada didekat lu" ucap Geovano dengan pandangan lurus ke depan sambil menikmati menyesap rokoknya.

Auraline tersenyum dengan getir saat mendengarnya, dia membayangkan betapa bahagianya Caralya jika mendengar ucapan yang dilontarkan Geovano saat ini.

"Kenapa?"
Auraline mendengar dengan samar suara seorang wanita, dengan reflek gadis itu melihat sekitar dan tidak menemukan siapapun, hanya ada dirinya dan Geovano disini.

"Kenapa gue gak bisa gerakkin tubuh gue sendiri?"
Suara seorang wanita itu kembali terdengar, kali ini suara itu terdengar sangat jelas seolah berada disebelah tubuh Auraline.

"Kenapa gak bisa? Kenapa gue gak bisa meluk Geo?"
Suara itu terdengar sangat lirih, seolah sedang merasa sangat sedih, Auraline menebak jika suara itu berasal dari Caralya, akhirnya gadis itu muncul juga.

"Auraline, tolong peluk Geo, dia butuh sandaran saat ini"
ucap Caralya yang sangat terdengar dikedua telinga Auraline, namun wujud gadis itu tidak terlihat.

Auraline nampak berjalan meninggalkan Geovano, gadis itu berjalan memasuki Villa tanpa memperdulikan panggilan dari Caralya yang memintanya kembali.

"Kenapa lu mengabaikan gue hah? Gue tau lu pasti denger suara gue"
ucap Caralya dengan kesal, sedangkan Auraline terus berjalan hingga dirinya sampai didalam kamar.

"Auraline lu pasti denger gue kan"
ucap Caralya sedikit berteriak.

"Gue denger ko" jawab Auraline dengan datar lalu duduk di ujung kasur.

"Terus? Kenapa lu mengabaikan ucapan gue tadi?"
Tanya Caralya nampak bingung.

"Terserah gue lah, waktu itu pun lu mengabaikan permintaan gue kan" ucap Auraline dengan kesal, pasalnya dia jadi mengingat kembali kejadian beberapa bulan lalu saat dirinya memohon kepada Caralya untuk kembali ke tubuh masing-masing, namun permintaan Auraline ditolak oleh gadis itu dengan kejamnya.

"Oh jadi lu mau bales dendam gitu?"
Tanya Caralya nampak marah.

"Seharusnya dari awal lu dengerin permintaan gue, semuanya gak akan jadi seperti ini, lu juga bisa bersama Geovano dan gue bisa bersama keluarga gue" ucap Auraline dengan kesal, tanpa sadar gadis itu pun meneteskan air matanya, sungguh dia sangat kecewa dengan Caralya, andai saja gadis itu mau mendengarkan dirinya waktu itu, mungkin Auraline saat ini sudah bersama dengan keluarganya kembali, dia jadi tidak perlu bersusah payah menjalani hidup didunia ini.

Caralya hanya diam, gadis itu seolah terbungkam dengan ucapan yang dilontarkan oleh Auraline.

Tidak lama terdengar suara pintu terbuka, Auraline segera mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar yang saat ini terdapat Tiffany dengan wajah datarnya.

"Ngapain lu malah diam dikamar? Katanya mau liburan" sindir Tiffany sambil bersandar diambang pintu dengan kedua tangan dilipat.

Auraline segera mengubah ekspresi wajahnya, lalu berusaha tersenyum, iya Tiffany benar, dia harus menikmati liburannya kali ini, bodo amatlah dengan Caralya yang mungkin saat ini sedang jengkel padanya, dengan sekuat tenaga Auraline bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Tiffany lalu merangkul gadis itu.

"Gue tadi lagi sakit perut, sekarang udah sembuh ko, yaudah ayo kita main" ucap Auraline dengan senyum lalu mengajak Tiffany turun ke lantai satu.

"Sakit perut?" Tanya Tiffany memastikan sambil terus berjalan mengikuti Auraline.

"Iya fan" jawab Auraline lalu berjalan menghampiri Agam yang berada diruang tamu.

"Gam, kartu Uno nya dibawa?" Tanya Auraline setelah berada dihadapan Agam yang saat ini sedang duduk disofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya.

"Bawa, tapi masih didalam tas" jawab Agam lalu nampak bangkit dari duduknya dan berjalan memasuki kamar.

Auraline duduk ditempat tadi Agam duduk, lalu melirik kepo ke arah Rendy yang nampak sedang asik bermain game di ponselnya.

"Yah, kalah" ucap Auraline tanpa sadar saat melihat permainan yang dimainkan Rendy kalah.

"Njir, kaget gue, sejak kapan lu disini?" Tanya Rendy nampak terkejut.

"Dari tadi, lu nya terlalu fokus main game jadi gak sadar gue ada disini" jawab Auraline dengan santainya.

"Iya sinyalnya jelek disini, mangkanya gue harus fokus banget" ucap Rendy menjelaskan.

"Yang lain pada kemana?" Tanya Auraline sambil melihat sekitar, saat ini hanya ada dirinya dan Rendy saja diruang tamu.

"Si Chakra sama Aditia lagi ngerokok diluar, terus si Satrio lagi di toilet" jawab Rendy.

"Kalau Argavi lu tau gak dia dimana?" Tanya Auraline.

"Tadi sih gue liat dia sama si Geovano di deket kolam renang lagi ngerokok" jawab Rendy dengan santai.

"Lu gak ngerokok?" Tanya Auraline penasaran.

"Lagi males" jawab Rendy.

"Tumben cowo males ngerokok" sindir Auraline.

"Sebenernya sih gue lagi disuruh ngebatesin ngerokok sama dokter, karena gue punya penyakit asma" jelas Rendy.

"Bukan ngebatesin, tapi disuruh berhenti" ucap Agam yang datang dari arah kamar lalu bergabung duduk disofa bersama Auraline dan Rendy.

"Huuu, bandel" ucap Auraline kepada Rendy dengan nada meledek.

"Bodo" ucap Rendy dengan nada meledek.

"Nih uno nya" ucap Agam sambil menaruh kartu Uno diatas meja.

"Wih, ayo kita main Uno" ucap Auraline dengan antusias.

"Temen lu kemana?" Tanya Agam sambil melihat sekitar.

"Tiffany?" Tanya Auraline bingung.

"Iya" jawab Agam.

"Eh iya ya, kemana dia ya? Perasaan tadi ada dibelakang gue dah" ucap Auraline nampak bingung lalu melihat sekitar dan tidak menemukan keberadaan Tiffany.

Auraline bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah kamarnya untuk mencari Tiffany, namun saat telah sampai dikamar tidak ada siapapun, dengan bingung Auraline kembali turun ke lantai satu dan mencarinya ke arah dapur.

"Yaampun, gue panik nyariin taunya lu disini" ucap Auraline sambil berjalan menghampiri Tiffany yang sedang sibuk memasak di dapur.

"Gue laper, jadi gue masak mie deh" ucap Tiffany dengan santainya sambil menunjukkan sepiring mie buatannya.

"Huu, kayanya enak tuh" ucap Satrio yang datang dari arah toilet mendekati mereka.

"Bikinlah" ucap Tiffany dengan ketus.

"Bikinin dong" ucap Satrio dengan memasang wajah memelasnya.

"Ogah" ucap Tiffany ketus lalu berjalan meninggalkan dapur.

####

Jangan lupa vote dan komennya ya guys, biar aku semangat nulisnya 🩷

Explore The Novel World Where stories live. Discover now