64🐣

147 13 2
                                    

"Ujannn, kamu kemana ajaa?"

Berteriak heboh, Zeline menghampiri Elvano yang baru saja datang dan muncul di balik pintu utama rumah.

"Kamu kenapa bolos kuliahh?" Gadis itu bertanya kembali.

Dan respon Elvano, seadanya. Hanya memberi senyuman tipis tertahan saja.

"Kangen Bandung," jawabnya berbohong, tetapi memang tidak sepenuhnya ia berbohong sih.

"Aihh, kenapa gak bilang-bilang?" balas Zeline.

"Kamu gak ada izin absen kelas lohh. Pak Rey bilang begitu," lanjutnya.

Langkah Elvano terhenti, saat mendengar nama Pak Rey disebut-sebut. Awalnya ia akan berusaha untuk acuh tak acuh soal perjodohan mereka.

Namun, semakin ia tahan semakin menyakitkan baginya, sehingga memacu amarah untuknya.

Tangan Elvano sudah terkepal, hingga bergetar. "Oh." Hanya itu lah jawaban singkat darinya.

Tanpa memberi sepatah kata lagi, Elvano pergi ke kamarnya dengan perasaannya yang berkecamuk.

Mendapat perlakuan seperti itu, Zeline hanya bisa diam dan memutar seribu pertanyaan di pikirannya.

******

Dingin. Menurut Zeline Elvano kembali ke mode awal, dimana saat mereka pertama kali bertemu kembali, cowok itu sangat dingin.

Hanya sebatas untuk menatapnya pun jarang-jarang, apalagi untuk mengobrol dan bercanda. Cowok itu tidak banyak bicara lagi sekarang.

Bergaul dengan teman yang lain pun, sorotan matanya amat sangat tercetak jelas bahwa ia sekedar hanya untuk bergabung saja, tanpa menikmati momen kebersamaan itu. Sungguh, ia tak lagi banyak bicara dan terkadang tatapannya pun kosong.

Zeline sungguh merasa khawatir kepadanya. Namun, ia tidak tahu pasti, apa penyebab sepupunya itu kembali ke setelan awalnya seperti ini.

Tak banyak bicara kepadanya, Zeline cukup merasa sedih.

"Ujan, ayo pulang?"

Zeline berdesis mendekati bangku Elvano, cowok yang tengah sok sibuk dengan buku-bukunya di kelas, saat pelajaran sudah berakhir.

"Lo pulang sendiri aja, gue masih mau di sini," ucapnya tanpa menatap lagi ke arah Zeline.

"Kenapa?"

Gadis itu malah bertanya, membuat Elvano pun kini menatapnya dengan alis yang bertaut tajam.

Zeline praktis mundur perlahan, merasa takut dengan tatapan itu.

Elvano menatapnya cukup lama, tanpa sepatah kata. Jelas kebingungan Zeline.

Tak lama cowok itu kembali ke atensi awalnya, menatap sok sibuk buku-buku di meja.

"Lo duluan aja, kalo perlu hubungi Pak Rey, lo pulang bareng dia aja."

Lagi-lagi Elvano tak mengacuhkan Zeline.

Sudah keberapa kalinya Zeline disuruh pulang dengan Pak Rey. Zeline benar-benar tak mengerti pada sepupunya ini.

Lalu di sana kebetulan Pak Rey melewati kelas mereka, dan mendapati kedua orang itu masih di dalam kelas.

"Kalian belum pulang?"

Elvano dan Zeline praktis menoleh ke sumber suara.

Lantas Zeline pun berjalan mendekati Pak Rey dengan langkahnya yang ragu-ragu sambil tak lepas menatap Elvano.

"Ini Zeline mau pulang," ucapnya.

"Elvano?" Tanya Pak Rey.

"Dia masih mau di sini."

My Dear Cousin (End!) Where stories live. Discover now