45🐣

341 21 0
                                    

"Roti, roti apa yang bisa nyuri?"

"Hm, apa? Gak tau."

"Jambread."

"HAHAHAHA."

"Lagi, lagi."

"Makanan, makanan apa yang paling perhatian?"

"Apa?"

"Cek care."

"HAHAHAHA."

"Kenapa air mata warnanya bening?"

"Hm, karena kalo warnanya pink pasti Zeline suka, soalnya lucu."

"Salah, bukan gitu juga."

"Karena ya kalo warnanya hijau namanya air macha. HAHAHAHA."

Tertawa. Zeline benar-benar tertawa mendengar lawakan receh dari Hendery di saat jamkos itu.

Sudah sejak tadi anak dua itu asik berduaan saja dengan lawakannya yang receh.

Dan sudah sejak tadi pula, Elvano di kursinya menatap Zeline sambil tersenyum dan ikut tertawa karena gadis itu tertawa.

Lalu di pinggirnya ada Safiq yang memperhatikannya. Cowok itu tertawa ringan. "Seneng banget kayaknya liat Zeline ketawa." Sambil menenggor pundak, membuat Elvano yang tadi tertawa pun kini memudar.

"Demen banget dia." Lalu di sebelahnya lagi terdengar suara Tegar ikut berceletuk.

"Ceileh, malu dia." Kemudian Rega ikut berceletuk saat melihat ekspresi Elvano yang seperti menahan rasa malu dan kesal.

"Apaan sih?" Cowok itu sewot.

"Kita tau, kok, kita tau."

Tersenyum, Rega menepuk-nepuk punggung Elvano.

"Tau apaan?" Alis Elvano benar-benar bertaut tajam.

"Gajah, gajah apa yang baik?" Sekarang giliran Zeline yang bertanya.

Hendery betulan kaget Zeline ikut-ikutan main tebakan juga. Lantas cowok itu tertawa sambil nunjuk-nunjuk.

"Apa gak tau."

"Gajahat."

*****

Jam istirahat, Elvano sudah duduk manis di kantin bersama Zeline dan jajanan.

Zeline sibuk melahap semua makanannya, sementara Elvano, makanannya dimakan olehnya saja tidak. Dia sibuk menatap wajahnya Zeline.

"Hmmmm, enak bangettt!" Di saat Zeline berseru menikmati makanannya, Elvano gelapan, ia berdeham kecil sambil berpura-pura lanjut makan. Seolah ia tak mau Zeline menyadarinya bahwa tadi ia menatapnya selalu.

"Kamu lambat banget makannya, Zeline aja udah mau abis." Berkomentar dengan mulutnya yang penuh makanan. Lucu. Menurut Elvano lucu, Zeline sampai monyong-monyong seperti itu.

"Iya nih ... lo mau?"

Zeline praktis melotot. "Buat Zeline?"

Elvano mengangguk. "Iya, buat lo. Gue udah kenyang."

Ya jelas membuat Zeline kegirangan.

Dengan satu kali tarik saja, makanan itu sudah berhasil di tangannya. Tak lama gadis itu pun melahap makanan tersebut.

Lagi dan lagi, Elvano tersenyum melihat kelahapan itu.

Tak sampai di sana. Melihat beberapa helai rambut yang menghalangi aktivitas Zeline, Elvano berinisiatif menyelipkan helaian rambut itu ke daun telinganya sambil masih tersenyum teduh.

My Dear Cousin (End!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang