23🐣

554 33 3
                                    

"Zelineee!"

Lantas yang punya nama menoleh ke sumber suara.

"Ayo ikut gue aja."

"Eitss, ga bisa dong, dia udah sama kita duluan."

"Sama gue dulu."

"Lah, ga bisa gitu dong."

Bagai mainan yang diperebutkan oleh sekumpulan anak-anak kecil, Zeline yang di tengah tepat di antara mereka lama-lama merasa pusing jika keadaan terus seperti ini.

"Kenapa kalian pada ngerebutin aku? Kenapa kita ngga bareng aja makan di kantinnya?"

Lantas yang lain nyengir. "Oh iya juga ya."

Dan pada akhirnya mereka semua berjalan bersama menuju kantin.

Tanpa diduga, di belakang ada yang memperhatikan mereka semua, lebih tepatnya sih memperhatikan Zeline.

"Si Zeline laku ya?" Hendery berujar pada Elvano yang tersenyum memperhatikan Zeline, Hendery merangkul sambil menaik turunkan alis.

Elvano yang tadi tersenyum, menghela dan memutar bola mata malas begitu melihat wajah Hendery.

"Biarin aja, biar gak ganggu waktu gue." Lain di mulut lain di hati. Setelah mengatakan itu Elvano berjalan sambil diam-diam menghela lesu.

Hendery tertawa. "Parah nih parah." Kemudian membuntut Elvano.

"WOY WOY WOY!"

Tiba-tiba Tegar datang dengan heboh bersama Rega dan Safiq yang di belakangnya.

"Anak ipa ngajak kita duel basket!" seru Tegar.

"Lumayan, Slur, ada taruhannya!"

Pletak.

Rega praktis mendapat bentaran di kepala saat mengatakan itu.

"Otak lo taruhan aja! Gue aduin Bang Ken juga nih!" Safiq mengancam.

Rega memutar bola mata. "Sensitif amat elah, maennya adu-aduan."

"Gue gak ikutan ah."

"EHH, mau kemana?"

Secara serempak Elvano ditarik oleh mereka, membuat cowok itu berjalan mundur.

"Gue denger-denger mantan lo juga ada di sana," celetuk Safiq.

"Mantan siapa? Bodo ah, gak penting." Elvano melangkah kembali, dan lagi-lagi dia ditarik.

"Bangsat, lo narik celana gue!" Elvano menjitak Hendery. Si pelaku pun cengengesan. "Barangkali lo mau beramal kan."

"Mata lo beramal!"

*****

Pada akhirnya Elvano berhasil dibawa ke tengah lapangan berkat paksaan mereka.

Sebenarnya sih Elvano anti sama yang namanya dipaksa, tetapi karena ia tidak mau dicurigai oleh teman-temannya karena dia yang ngebet ingin pergi ke kantin hanya untuk bertemu Zeline, ya terpaksa ia harus berakhir di sini kalau tidak ingin teman-temannya curiga.

Sehubungan masih awal masuk sekolah yang bisa dibilang masih bebas-bebas saja, juga mungkin lebih memperhatikan siswa baru, para guru pun kali ini tengah mengadakan rapat. Dan mereka pun akhirnya mengambil kesempatan bagus ini untuk bertanding.

"El!" Tegar mengangkat tangan, meminta Elvano agar bola diberikan kepadanya.

Permainan telah dimulai sejak beberapa saat yang lalu.

Semua para pemain pun fokus mencetak gol. Tak lupa para supporter yang heboh menyemangati para pemain.

Lapangan basket yang tertutup itu pun dipenuhi oleh gemuruhan suara-suara heboh dari para penonton. Namun, tetap saja sejak tadi Elvano selalu saja gagal fokus, hingga ia terus kecolongan gol oleh Sang lawan beberapa kali. .

My Dear Cousin (End!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang