53🐣

184 13 0
                                    

Entah habis membicarakan apa dua makhluk itu, yang pasti seberes kelas mereka berdua tertawa terngakak-ngakak.

Sungguh, hangat momen satu ini.

Elvano akan merasa amat sangat bahagia jika berada di dekat Zeline.

Namun, tak lama tawanya itu luntur ketika Zeline mulai mengingatkan satu hal yang saat ini terus membuat Elvano merasa gelisah.

"Oh iya, Ujan. Hari ini Zeline gak bisa pulang bareng dulu yaa, Zeline mau masuk kelas privat pertama Zeline sama Pak Rey."

"Gak papa kan kamu pulang sendiri sekarang?"

Terkelu, sebatas membalas ucapan Zeline saja pun Elvano mendadak kaku.

"Gak papa, kan, Ujan?" tanyanya sekali lagi.

Masih belum ada jawaban dari Elvano, Zeline mengira Elvano marah, dan tak lama Sasyil dan Flora datang menghampiri mereka. Sepertinya keduanya itu baru beres kelas juga.

"Eh, Flora Sasyilll, Ujan mau bareng kaliannn."

"Loh, tumben?" Alis Sasyil bertaut.

"Iya, hari ini kelas privat pertama aku sama Kak Rey."

Mendengar itu praktis membuat Flora terheboh-heboh. "Wehhhh, mantep, Zel. Semangat!"

"Siapa tau balik-balik lo bawa pulang hati Pak Rey," tambahnya. Lalu tertawa.

Jelas, hal itu membuat Elvano jengah.

"Gue balik sendiri aja lah, ngapain sama mereka? Gue aja bawa motor."

"Oh iya," pelik Zeline.

"Lagian kalo gue gak bawa motor juga emang gue mau boti sama mereka? Ya kagak lah!"

"Selain nanti ditilang polisi karena boti, gue juga gak mau disebut cabe-cabean!"

Setelah mengatakan itu, Elvano pun melengos pergi tanpa pamit, lantas membuat mereka kebingungan.

"Lah, dia kenapa?"

******

Menghela napas panjang setelah tiba di rumah, Elvano menjelajahi pandangannya ke sekitar area dalam rumah. Tidak ada yang menarik. Lantas ia kembali menghembuskan napas.

Menyeret tas gendong dengan malas-malas, lelaki itu mulai pergi ke kamarnya. Tiba di pintu kamar, ia lagi-lagi menghembuskan napas panjang.

Lalu tak lama ia balik lagi ke ruang tamu, pandangannya kembali menjelajahi sekitar. Dan lagi, ia tidak menemukan hal menarik di sana. Ia kembali menghembuskan napas terlalu kesal.

Setidaknya, jika tidak ada yang menarik di sini harusnya ia ada ide untuk hal-hal yang menarik. Namun, nihil. Kali ini ia tidak punya sama sekali ide itu.

Jadi yang ia lakukan adalah, duduk di sofa ruang tv. Entah ingin apa di sana.

Terdiam sejenak. Pandangannya turun ke bawah menatap permadani bludru warna keemasan. Namun, tak lama ia tiba-tiba berdiri.

"Ya, gue butuh asupan. Gue harus ke mini market," pekiknya tersengal.

Kemudian dirinya pun memutuskan untuk berbelanja cemilan untuk menemani kegabutannya ini.

Tiba di mini market, mendadak matanya berkaca-kaca saat menatap sekaleng minuman. "Jadi kangen kalian," ungkapnya melas.

Yang ia maksud kalian adalah anak-anak Stracks. Di saat berkumpul pasti ada saja minuman kaleng itu di antara mereka.

Huft, kalau lagi kesepian begini bawaannya memang benar-benar sekangen itu sih sama anak Stracks.

******

My Dear Cousin (End!) Where stories live. Discover now