46🐣

364 21 4
                                    

Tak terasa ujian akhir semester satu sudah tiba, dan bersyukur hari ini bisa diselenggarakan dengan lancar.

Bel pulang berdenging keras di telinga, seperti memberitahu untuk lekas pulang.

Satu persatu siswa-siswi keluar dari kelas dengan wajah yang terlihat lega.

Begitu pun di belakang, ada anak-anak Stracks dan juga Zeline yang berada di paling depan di antara mereka.

Seperti biasa, ekspresi Elvano akhir-akhir ini begitu sumringah jika menatap dan berada di dekat Zeline sepupunya itu.

Saat Tegar dan lainnya mengajak Zeline bercanda, di belakang ada Hendery yang berjalan sejajar dengan Elvano yang sejak tadi senyam-senyum sendiri.

"Kata gue sih pepet aja terus walau ada tembok yang ngalangin." Sambil tersenyum ringan dan menyilangkan tangan di belakang, dengan santai Hendery berceletuk tepat di telinga Elvano.

Hal tersebut membuat Elvano memicing ke arahnya. "Apaan sih?"

"Haelah, lu apaan sih apaan sih terus dah. Gue bilang pepet aja elah!"

"Jangan denger opini mereka yang suka kedenger nyindir kalo pacaran sama sepupu sendiri gak boleh."

"Jangankan pacaran, nikah sama sepupu sendiri aja boleh, Cuy. Halal."

Bagai digelitiki oleh ribuan kupu-kupu di dalam tubuh, Elvano melirik Hendery dengan wajahnya yang sudah memerah menahan gejolak menggembirakan dalam jiwa raganya itu. Ternyata masih ada juga orang yang mengerti tentang perasaannya ini.

"Teler lo." Biar begitu Elvano tetap menyangkal.

Entahlah, rasanya tak bisa jika perasaannya kepada Zeline ini diketahui oleh mereka. Sungguh terasa aneh dan malu baginya.

Hendery mendecih. "Mau sampai kapan hah lo ngelak?" Alis Hendery yang satu ke atas.

"Lagian ngapain sih ngelak terus? Orang ketara banget lo suka sama si Zeline."

Praktis membuat Elvano melotot dan was-was melirik ke depan. Kemudian ia kembali berbalik ke arah Hendery dan menghela.

"Emang keliatan banget ya?"

"Iya. Gelagat lo beda banget kalo lagi jatuh cinta."

Elvano membekap mulut Hendery yang tidak bisa dikondisikan lagi. "Jangan keras-keras Njing ngomongnya," ujarnya sedikit menekan.

"Ya biarin aja, biarin si Zeline tau perasaan lo."

Dan lagi, Elvano mendecak sambil memberi pandangan intimidasi kepadanya.

"Jangan."

"Biarin jadi rahasia dulu aja perasaan gue ini."

****

Hari demi hari telah dilalui begitu singkat, sampai-sampai tak sadar jika hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester.

Bagaikan telah menanti waktu ini, para siswa-siswi begitu bergembira melewati koridor sekolah.

Mengingat mulai besok hingga tahun baru mendatang mereka akan libur selama itu, mereka begitu terlihat antusias.

Dan jangan tanyakan lagi dengan ekspresi anak Stracks, mereka tak kalah antusiasnya.

Jelas ini karena mereka akan mengadakan trip yang beberapa waktu lalu mereka bahas. Dan ini lah waktu yang mereka nanti-nantikan.

"Weh boleh kali ya ngajak cewek?" Di tengah perjalanan menuju parkiran Hendery berceletuk.

"Kapan sih lo gak bawa cewek setiap kali ada acara kita?" Tegar menyambar sewot. "Mana gunta-ganti cewek aja lagi. Lo gak nyadar tah?"

Tidak ada yang lucu, tetapi Hendery tertawa puas di sana.

My Dear Cousin (End!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang