50. Ending

8.2K 254 21
                                    


“Kita hanya ingin seperti mereka, mereka dengan keluarga yang lengkap. Ada mama, papa, kakak dan adik tentunya.”

🍀🍀🍀

Pagi itu menjadi pagi terbaik bagi Syafa. Setelah liburan sederhana yang menjadi impian kedua putrinya, Syafa kembali disibukkan menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga. Dia bangun lebih pagi lalu menyiapkan kebutuhan suami dan kedua putrinya.

Saat jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, kedua putri dan suaminya itu mengakhiri sarapannya. Mereka bersiap untuk pergi sekolah dan bekerja.

Si kembar memang diantar oleh papanya dan akan dijemput siang nanti oleh mamanya.

"Ma, kita sekolah dulu, ya."

Syafa mengangguk dengan senyuman di wajahnya. "Hati-hati, ya, Sayang. Jangan kemana-mana sebelum mama datang, ya. Mama janji enggak telat jemput kalian."

Keduanya kompak mengangguk, lalu menyalami sang mama bergantian. Mereka mengucapkan salam sebelum akhirnya pergi keluar rumah lebih dulu.

Kini, hanya ada Syafa dan Patra.

Syafa menatap suaminya yang tak kunjung beranjak dari ruang makan. "Belum mau pergi, Pa?" tanyanya.

Soal panggilan mereka, mereka sepakat dengan panggilan ‘mama dan papa’, entah di depan kedua anaknya ataupun saat hanya berdua saja.

"Berat melangkah nih, rasanya mau sama kamu terus."

Syafa menghela nafasnya. Sudah bukan hal baru jika Patra mengeluarkan jurus gombalan mautnya itu. Syafa terkadang lelah mendengarnya.

"Kerja sana, Pa. Kalau kamu enggak kerja, kita makan apa?"

Syafa memang belum ingin bekerja kembali, meskipun ada keinginan untuk kembali bekerja. Namun, keinginannya untuk mengabdikan diri untuk anak dan suaminya lebih besar.

Patra terkekeh kecil sebelum akhirnya memeluk Syafa sekilas. "Isi energi," ujarnya.

"Aku berangkat, ya."

Syafa mengangguk. "Hati-hati, Pa. Jangan ngebut, ya. Pelan asal selamat."

"Diterima perintahnya, Cantik."

Syafa hanya bisa menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya menyalami suaminya.

Patra tersenyum sebelum akhirnya berjalan menyusul kedua putrinya yang sudah menunggunya di depan rumah.

Kini, hanya Syafa sendiri. Tugasnya sekarang adalah membereskan rumah terutama piring bekas mereka sarapan. Namun, belum sempat ia kerjakan. Patra kembali datang membuat kerutan di dahi sang istri.

"Kenapa balik lagi?" tanya Syafa.

"Ada yang ketinggalan."

"Apa?"

Alih-alih menjawab, papa dua anak itu justru mendekatkan diri pada sang istri sebelum akhirnya mengecup kening istrinya.

"Nah ini yang ketinggalan," ujarnya dengan santai tanpa peduli apa yang dirasakan oleh istrinya.

***

"Semangat belajarnya, ya. Jangan lupa jajannya. Jangan nahan lapar, oke?"

Maira dan Maiza mengangguk. "Siap, Papa."

"Dengarkan apa kata Bu guru dan jangan lupa dengarkan apa kata a Fathan, ya. Jangan kemana-mana sebelum mama jemput."

"Iya, Papa."

"Kita udah tahu, mama sudah ribuan kali bilang itu sama kita."

Ma, Papa Dimana? [ Completed ] Where stories live. Discover now