27. "Kenapa Papa sama Mama enggak Tinggal Bareng?"

7.3K 276 1
                                    

“Pada akhirnya, mereka akan sadar bahwa orangtuanya berbeda dengan orangtua yang lain.”

🍀🍀🍀

"MAMAAAAAA!!!"

Syafa mengulas senyum bahagianya saat teriakan kedua putrinya menggema seisi rumah. Syafa paham kedua putrinya itu pasti senang karena papanya kembali pulang. Syafa ikut bahagia tentunya karena selama ini bahagia mereka adalah bahagianya.

"Mama, kita pulang!"

"Mama tahu, suara kalian kenceng banget kok."

"Masaknya udahan dulu, aku mau salim."

"Sebentar ya, cuci tangan dulu."

"Yey!"

Syafa mencuci tangannya lebih dulu sebelum akhirnya menghampiri kedua putrinya yang langsung menghampirinya ke dapur. Senyuman tak luntur dari wajah kedua putrinya membuat Syafa ikut tertular hal itu.

"Mama, aku mau makan siang sama Mama, ya. Mama jangan berangkat kerja dulu. Boleh?"

Syafa mengangguk mengiyakan permintaan putri sulungnya. "Ganti baju dulu, ya."

"Siap, Ma!" jawab Maira dan Maiza kompak, tak lupa sikap hormat yang menjadi pelengkapnya.

"Yaudah ganti baju dulu, ya. Mama lanjut masak lagi biar bisa makan siang sama-sama."

"Iya, Ma. Kita ke kamar dulu, ya."

Syafa mengangguk membuat si kembar lantas berlari ke arah kamarnya. Syafa tersenyum melihat kedua punggung kecil itu kian mengecil dan akhirnya menghilang saat memasuki kamar tidur mereka.

"Sya."

Syafa mendongak ke sumber suara dan menemukan Patra di sana. "Kenapa, Kak?"

"Boleh aku bantu? Sekarang aku udah bisa kupas bawang yang benar. Mama yang ngajarin."

Senyum tipis terbingkai di wajah Syafa. Dulu, saat mereka masih bersama, Patra tak bisa mengupas bawang apalagi bawang merah karena katanya pedih di mata. Syafa masih ingat hal itu, sekecil apapun kenangan mereka, masih tersimpan rapi di ingatan Syafa.

"Enggak usah kupas bawang, Kak. Semuanya udah beres tinggal ditunggu sebentar nanti matang dan ya ditata ke piring deh."

"Oh gitu, ya?"

"Iya," jawab Syafa. "Kak Patra duduk di meja makan aja, ya. Tunggu anak-anak, makanan biar aku yang siapin."

Patra mengangguk tanpa membantah. "Makasih, Sya."

"Iya."

***

"Ma, Adek mau paha."

"Teteh juga, Ma."

Syafa mengangguk sebelum akhirnya memberikan sepotong paha ayam ke piring Maira dan Maiza yang kemudian dibalas ucapan terima kasih yang kompak dari keduanya.

"Paha juga, kan? Atau udah suka yang lain?" Kini, pertanyaan itu Syafa ajukan kepada Patra.

"Aku apa aja, Sya. Bisa kok."

"Oke, paha."

Satu hal yang menjadi kesamaan Patra dengan kedua putrinya adalah sesama pecinta paha ayam. Syafa sendiri tim netral, dia menyukai semuanya bagian.

"Makasih," ucap Patra.

"Iya, sama-sama."

Bi Diah yang baru saja datang dengan seteko jus juruk dan melihat hal itu tersenyum tipis. Bahagia sekali melihat keluarga ini sudah seperti keluarga bahagia yang sesungguhnya. Bi Diah sangat bersyukur dengan semua hal yang terjadi belakangan ini kepada keluarga Syafa.

Ma, Papa Dimana? [ Completed ] Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin