8. F (Naya & Luka)

7.6K 305 0
                                    


Kita dipertemukan untuk saling menguatkan.

🍀🍀🍀

Bandung, 10 tahun yang lalu.

Bagi Naya, hidupnya sudah hancur. Kepergian mamanya membuatnya merasa sendiri di dunia. Dia anak tunggal dan sedari dulu papanya sibuk bekerja. Hanya mamanya yang mengerti dia namun kini mamanya telah tiada. Lalu untuk apa Naya bertahan?

"Maaf, Ma."

Sembari memejamkan matanya, Naya berusaha menekan pisau tepat di pergelangan tangannya. Namun, alih-alih sakit yang ia rasakan justru dia tak merasakan apa-apa. Saat matanya terbuka, matanya langsung terbelalak melihat punggung tangan yang berlumuran darah tepat berada di atas pergelangan tangannya.

"Syafa," ujar Naya. Ya, punggung tangan itu milik Syafa.

"Lo tuh nakal, ya. Gue juga bilang kalau ada masalah tuh cerita. Jangan nekad ambil jalan sendiri apalagi bunuh diri. Nanti Allah marah, Nay," omel Syafa yang tidak mempedulikan rasa sakit di punggung tangannya.

Syafa tersenyum sebelum akhirnya merebut pisau dari tangan Naya. Berikutnya perempuan itu merobek sebagain jilbabnya yang kemudian ia gunakan untuk menutup luka di punggung tangannya.

Naya hanya diam, lidahnya terlalu kaku untuk sekedar mengucapkan satu kata.

"Nay, gue kan temen lo. Cerita sama gue. Lo ngerasa capek sama kuliah? Udah sejauh ini, Nay. Lo ingat dulu gue pernah bilang kalau mau berhenti itu dari awal. Udah sejauh ini, Nay. Satu tahun lagi kita selesai. Bertahan, ya? Gue mau kita sama-sama sampai akhir. Kalau emang berat, enggak papa cerita sama gue."

Kini, Naya sudah tak bisa lagi menahan tangisnya. Tangisan itu pecah membuat Syafa spontan menarik Naya ke dekapannya.

"Gu-gue capek, Sya. Mama meninggal. Papa sibuk kerja. Gue sendiri hiks...."

Syafa terus mengusap punggung Naya tanpa menyela ucapannya.

"Selama ini mama yang buat gue bertahan, Sya, tapi kalau mama pergi, gue harus apa, Sya? Gue kalut, Sya. Gue ngerasa berada di lorong gelap."

"Dulu, awal-awal kuliah dan gue mau nyerah terus ketemu lo, gue bangkit lagi karena sadar ada mama. Sekarang gue harus bertahan untuk siapa, Sya? Gue bingung hiks...."

Pertemuan pertama Naya dan Syafa memang tergolong tidak baik. Mereka bertemu saat Naya sedang menangis sembari meratapi kegagalannya di ujian pertamanya.

Kala itu, Syafa menghampirinya. Syafa hanya diam menemani Naya yang sedang meluapkan emosinya. Kemudian Syafa bicara kala Naya sudah terlihat lebih baik.

"Kalau mau nyerah, mending sekarang aja. Lo bisa ngomong ke orang tua lo kalau lo enggak cocok di jurusan ini. Nilai gue juga kecil kok, tapi gue bakalan usaha lebih lagi karena gue mau membuktikan bahwa gue bisa. Katanya jadi dokter tuh bisa jadi menantu idaman dan bisa dibanggakan. Gue sedang berusaha jadi itu. Gue bakalan buktiin kalau gue pantas jadi menantu yang bisa dibanggakan."

Kalimat panjang itu yang kemudian membuat keduanya berteman sampai sekarang.

***

Setelah percobaan bunuh diri yang gagal, Naya akhirnya ikut ke kostan Syafa. Syafa yang memintanya karena Syafa takut Naya akan mengulangi perbuatannya jika dibiarkan sendiri.

"Sya, gue minta maaf," ucap Naya sembari memandang punggung tangan Syafa yang sudah dibalut perban.

Syafa tersenyum. "Santai aja, Nay. Lo selamat aja gue bersyukur. Luka ini pasti sembuh."

Ma, Papa Dimana? [ Completed ] Where stories live. Discover now