43. Sedikit Gambaran Tentang Si Bungsu

4.1K 216 2
                                    

“Kata siapa jadi bungsu itu bagian senangnya aja? Ya mungkin waktu kecil dimanja, tapi sudah besar harus siap jadi saksi perasaan orangtuanya setelah ditinggal anak-anaknya.”

🍀🍀🍀

"Udah aku transfer."

Saskara memutar kursi kerjanya hingga menghadap pintu, dimana Syafa berada. Saskara lantas mengecek saldo rekeningnya dari ponsel miliknya.

"Apaan ini sepuluh juta, enggak mau aku!" Saskara protes.

"Kenapa sih? Kurang?"

"Kebanyakan, Teh. Aku balikin."

Saskara bukan anak kecil yang akan senang jika diberi hadiah banyak, terlebih ini perihal uang. Saskara tahu susahnya mencari uang, jadi dia tak akan semudah itu untuk menerima uang dari siapapun. Lagipula permintaannya semalam itu tidak serius, sekalipun memang Saskara sedang mencari sofa untuk di ruang tamu rumah miliknya.

"Enggak usah, Dek. Ambil aja. Kamu udah banyak bantuin aku. Lagian aku sendiri udah janji. Tenang aja, uangnya halal," tolak Syafa sebelum akhirnya meninggalkan kamar adiknya.

Saskara yang tak terima lantas mengejar kakaknya. "Teh, aku balikin pokoknya!"

"Enggak usah!"

"Aku enggak enak sama kamu, Teh."

"Santai aja sih."

Shaka muncul dari pintu utama kediaman Anggika dan Kavian, ayah satu orang anak itu menatap kedua adiknya. Sontak hal itu membuat kedua adiknya berhenti berdebat dan saling mengejar.

"Udah gede, masih aja berantem. Masih pagi ini. Enggak kasihan kalian sama buna dan yayah?" tanya Shaka.

"Kita enggak berantem, A. Tuh adikmu. Masa ngasih uang kebanyakan. Aku udah gede, udah tahu susahnya cari uang. Mending ditabung aja," bela Saskara.

Syafa menggelengkan kepalanya. "Aku udah janji sama Saska, A. Lagian selama ini dia udah banyak bantu aku. Apa salahnya aku bantu dia? Lagian aku emang lagi ada rezeki. Itu tabungan aku, halal kok."

"Berapa emang uangnya?" Shaka kembali bertanya.

"Sepuluh juta."

"Emang kamu minta uang sebanyak itu buat apa?"

"Aku enggak minta sebanyak itu, aku cuman minta dibeliin sofa. Lagian itu juga cuman bercanda. Aku spontan aja soalnya emang lagi rencana mau beli sofa," jelas Saskara.

"Yaudah sih, aku juga ikhlas kok. Apa salahnya ngasih ke adik sendiri?"

"Ada apa? Kok ribut sih pagi-pagi?" Anggika muncul membuat ketiganya kompak menoleh ke arahnya.

"Lho, kamu udah sampai A? Mana istri sama anak kamu? Bukannya diajak masuk malah pada berantem. Malu sama umur," lanjut Anggika saat menyadari keberadaan putra sulungnya.

"Syafa dan Saska, Bun. Ribut mulu. Maafin Aa, ya, bikin rusuh pagi-pagi."

Anggika menggelengkan kepalanya. "Udah enggak ada yang salah. Sekarang ajak istri sama anak kamu masuk, A. Kamar kamu udah Buna beresin. A Fathan biar tidur sama Saskara aja. Ayo udah berantemnya. Mending bantuin Buna sama yayah."

Besok akan ada pertemuan keluarga antara keluarga Syafa dan Patra. Pertemuan keluarga ini diadakan di rumah Anggika dan Kavian. Tentu hari ini banyak persiapan yang harus dilakukan.

Kebetulan dua hari ke depan adalah hari libur. Terlebih dua hari lagi adalah tahun baru. Sudah agenda wajib mereka untuk berkumpul di kediaman Anggika dan Kavian.

Ma, Papa Dimana? [ Completed ] Where stories live. Discover now