40. Rahasia Antara Kita

4.7K 222 8
                                    


“Ternyata selalu ada rahasia diantara kita sekalipun kita adalah adik-kakak.”

🍀🍀🍀

Syafa menjemput sang kakak ipar sembari mengantar keponakannya pulang. Si kembar tak ikut dengannya karena sudah jadwal mereka tidur siang.

"Mama, aku masuk kamar, ya." Fanny mengangguk mempersilahkan Fathan untuk masuk ke kamarnya.

Fathan lantas mengalihkan pandangannya ke arah Syafa. "Ate, aku masuk kamar, ya. Makasih sudah ajak aku main dan antar aku pulang."

"Sama-sama, Sayang. Selamat istirahat, ya, A Fathan."

"Iya, Ate. Dah."

Fathan langsung berlari menuju kamarnya dan kini hanya ada Syafa dan Fanny. Syafa menghela napasnya sebelum akhirnya berkata, "Aku udah tahu, Teh."

Dahi Fanny mengkerut. "Tahu apa?".

"Teh Fanny hamil, kan?"

Fanny tampak terkejut mendengar pertanyaan Syafa. "Kamu tahu dari mana?" tanyanya.

"Fathan yang bilang, Teh," jawab Syafa sejujurnya. "Aku enggak marah soal ini, Teh. Aku paham ini bukan perkara mudah buat kalian, tapi satu hal yang mau aku sampaikan, jangan sampai tenggelam dalam luka lama. Aku tahu itu enggak mudah, tapi aku yakin kalian bisa. Ketika kalian siap, kasih tahu semuanya, ya? Buna sama yayah pasti senang nambah cucu lagi."

Fanny tersenyum. "Makasih sudah mau mengerti Teteh sama a Shaka, ya. Teteh janji kalau sudah siap, Teteh bakalan kasih tahu semuanya."

Syafa mengangguk. "Jadi, berapa usianya?"

"Sepuluh minggu, Sya."

Syafa tersenyum sebelum akhirnya mengusap perut kakak iparnya. "Assalamualaikum, keponakan Ate. Sehat-sehat, ya. Jagain mama, ya, Nak. Kasih tahu mama dan papamu kalau kamu bisa. Kamu kuat, kamu hebat. Ate percaya kamu bakalan sehat dan lahir dengan selamat."

"Makasih Ate doanya," jawab Fanny menirukan suara anak kecil.

Syafa terkekeh. "Sama-sama, Sayang."

"Lalu gimana soal kamu? Apa kamu bakalan kasih si kembar adik?"

Syafa terdiam sejenak. Adik untuk si kembar? Syafa belum memikirkan itu.

"Saran Teteh apapun keputusannya. Dipersiapkan dari jauh-jauh hari, ya. Bukan perkara finansial, tapi mental juga, belum lagi soal anak-anak."

Syafa mengangguk. "Iya, Teh. Aku juga belum tahu soal ini, aku belum kepikiran juga."

***

Patra datang ke tempat yang Shaka janjikan tadi siang. Saat ini, perasaan Patra campur aduk. Jika boleh jujur, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Sorry nunggu lama."

Debaran jantung Patra semakin cepat tatkala sosok Shaka muncul dan kini duduk di depannya.

"Lo udah pesen?" tanya Shaka.

Patra mengangguk. "Lo juga udah gue pesenin. Masih sama?"

"Iya, masih."

"Syukur kalau gitu."

Shaka mengangguk lalu menatap Patra dengan tatapan yang sulit diartikan. Informasi yang ia terima pagi tadi dari Syafa membuat Shaka tak karuan. Shaka tak menyangka bahwa keputusan itu akan Syafa ambil secepat itu.

Ma, Papa Dimana? [ Completed ] Where stories live. Discover now