1. Ayah Kandung Itu Apa?

15.8K 549 1
                                    


Serapat apapun kita menyembunyikan fakta, pasti akan terbongkar juga.

🍀🍀🍀

Pagi hari selalu menjadi waktu paling sibuk bagi ibu si kembar yang harus selalu menyiapkan sarapan, keperluan sekolah, dan juga tentunya mempersiapkan diri sebagai seorang dokter. Jika ditanya apakah dirinya lelah? Oh tentu iya namun dia menikmatinya. Dia bahagia saat melihat anak kembarnya—Maira dan Maiza—tumbuh menjadi anak yang menggemaskan dan pintar. Kini keduanya sudah bersekolah SD.

"Teh Rara, Dek Zaza, sini, Nak, makan dulu."

Panggilan dari sang mama membuat si kembar menghampiri meja makan dan duduk di kursi masing-masing, seperti biasa, Maira di kanan dan Maiza di kiri. "Ma, aku mau ayam goreng Upin Ipin, ya."

Ibu muda sekaligus dokter itu tersenyum sembari mengangguk sebelum akhirnya memberikan sepotong paha ayam untuk kedua anaknya karena mereka memang pecinta paha ayam seperti kartun kesukaannya.

"Ma," panggil si kakak yang tak lain Maira.

"Iya, Teh? Kenapa?"

Maira tampak ragu untuk membicarakan hal ini pada mamanya. Namun, gurunya mengatakan untuk memberitahukan orangtuanya. Sang mama yang tak lain adalah Syafa mengerti apa yang dirasakan putrinya. "Coba bicara aja sama Mama, Teh. Mama enggak papa," ujar Syafa berusaha meyakinkan anaknya.

"Janji Mama enggak akan sedih?" ujar Maira. Maiza, si bungsu hanya bisa diam menyimak keduanya dengan sesekali mencicipi paha ayam miliknya.

Dahi Syafa menyerngit. Sedih? Memangnya Syafa pernah menunjukkan sisi itu kepada kedua anaknya? Tentu tidak. Sesulit apapun masalahnya, Syafa selalu berusaha terlihat bahagia jika di depan kedua anaknya.

"Memangnya Mama suka kelihatan sedih ya di depan kalian?" tanya Syafa.

Maira dan Maiza kompak menggeleng.

"Terus kenapa Teteh bilang begitu?" Syafa kembali bertanya.

"Teteh sama Adek suka lihat Mama nangis sambil peluk foto," ungkap Maira.

Deg.

Rasanya ada batu besar yang menghantam dadanya. Syafa tidak menyangka jika kebiasaan itu diketahui oleh kedua anaknya. Syafa memang berusaha terlihat bahagia di depan kedua anaknya namun kala sendiri dan merindukan keluarganya yang jauh darinya, Syafa tak kuasa menahan sedih dan tangisnya.

Syafa tersenyum, berusaha meyakinkan kedua putrinya bahwa dia baik-baik saja. "Mama cuman kangen nenek sama kakek aja, Nak. Makanya Mama sedih. Teteh enggak usah ragu buat ngomong sama Mama, ya. Jadi, apa yang mau Teteh omongin ke Mama?"

Maira masih terlihat ragu untuk mengatakannya. Namun, gadis kecil berusia tujuh tahun itu akhirnya bersuara. "Bentar lagi hari ayah, jadi semua ayah wajib hadir ke sekolah."

***

Setelah mengantarkan kedua putrinya ke sekolah, Syafa harus segera menuju rumah sakit tempatnya bekerja. Syafa bekerja sebagai dokter umum di salah satu rumah sakit yang ada di daerah tempatnya tinggal. Sebenarnya cita-cita adalah menjadi seorang dokter anak namun hal itu belum tercapai karena setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai dokter ia langsung menikah dan mengandung kedua putrinya.

Ma, Papa Dimana? [ Completed ] Where stories live. Discover now