15

16 16 0
                                    

Pekan ujian tengah semester tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pekan ujian tengah semester tiba. Annora rasanya cukup terbiasa kehilangan jam tidurnya, berbeda dengan Harsha yang matanya sudah menampakkan jelas kantungnya. Bahkan saat jam istirahat, bukan perut yang menjadi urusan nomor satu, lelaki itu lebih memilih untuk mengejar kembali jam tidurnya dari pada makan.

Yuda selaku pemilik kedai tentu tidak tinggal diam. Ia paham jika Solar Beans kian diminati pengunjung. Oleh karenanya, kini hadir tiga pekerja baru.

Jumat siang, Yuda meminta semua bagian dari Solar Beans itu untuk hadir. Selain untuk memperkenalkan tiga anggota yang baru, Yuda juga ingin mengumumkan pembagian jam kerja yang baru.

"Lian belom dateng, ya?" tanya Yuda. Lelaki itu terus melirik jam tangannya. Sudah lima belas menit lewat dari jam yang telah ia tentukan. Senyum yang tadi menyambut Annora dan yang lain perlahan mulai hilang.

"Hello every yang punya body!" seru Lian yang baru saja muncul dari balik pintu. Senyumnya turut menyapa para penghuni ruangan. Abai akan aura menusuk dari pemilik kedai tempatnya bekerja. "Jadi, gimana, bang?" tanyanya saat sudah duduk di salah satu kursi kosong.

"Lo nggak punya jam atau nggak bisa baca jam?" tanya Yuda dengan nada dinginnya.

"Eh, eh, ayo dimulai. Gue sama Nara mau jalan ntar," ucap salah satu lelaki yang duduk tepat di sebelah Yuda. Lelaki yang beberapa kali pernah Annora temui di sekitar kosannya. Ia sempat bingung mengapa sosok itu turut hadir hari ini.

Yuda berdeham. Lelaki itu lalu menghela nafasnya, mencoba mengatur kembali emosinya. "Jadi gini, Solar Beans kan makin rame, puji Tuhan. Terus gue kasian juga kalo kalian nggak ada kehidupan selain kerja di sini," ucapnya sebagai pembuka. Membuat tujuh pasang mata lainnya terfokus padanya.

"Gue mutusin buat nambah orang di sini. Ayo kalian kenalan sendiri," lanjutnya lalu menyerahkan kesempatan bicara itu pada lelaki yang ada di sebelahnya.

"Ehehe, sialan kenapa gue duluan?" bisiknya pada Yuda. "Halo, gue Mars, kalo yang benernya Ares. Kembaran beda setahun seharinya Annora, salam kenal, ayo kenal, harus kenal!" lanjutnya.

Mendengar nama Annora disebut, Harsha lalu melayangkan pandangnya pada gadis itu. Terlebih setelah lelaki itu mengatakan kalimat perkenalannya. Rasanya ia iri, mungkin ia akan senang jika hari lahirnya sama dengan gadis itu.

"Oke, karena sebelahan sama Ares, gue Nara, nama aliasnya Venus. Sebelumnya kalo musang jantan di sebelah macem-macem, mohon dimaklumi, anaknya suka kayang mendadak soalnya," ucap gadis yang rambutnya diikat itu.

"Kok pake jatohin gue?" bisik Ares kembali protes.

"Maaf kakak-kakak sekalian, ini gue boleh lanjut?" sosok lelaki yang duduk di sebelah jendela itu bertanya. "Gue Jevano, dapet nama Cloud. Diseret sama Harsha ke sini," lanjutnya.

"Ih, pada bawa temen," ucap Kiara seakan tidak terima.

"Loh, lo juga bawa temen, Annora," balas Yuda. "Walaupun di luar kalian temen deket, jangan sampe ada Circle di dalam Circle. Alias, ayo saling rangkul, gue pengennya Solar Beans beneran jadi keluarga, nggak cuma rekan kerja yang bisa saling senggol."

"Terus, bang. Ada yang keduanya nggak?" tanya Lian.

"Sabar, lo telat tapi pengen buru-buru," balas Yuda. Lelaki itu masih kesal karena mundurnya jam yang ia tentukan. "Karena kita semua masih kuliah, Jum'at kita tutup deh. Kasian si Harsha matanya nyaingin Panda."

"Dih, bang! Kok gue?" Harsha yang tadi hanya menyimak akhirnya angkat bicara.

"Oh, iya. Karena kita juga kenal di luar, gue juga pengen masalah di luar jangan dibawa ke kerjaan. Gue tau kalo ada yang cinlok di sini," ucapnya meledek.

"Bang, ayo lanjut ke pembagian shift kerja." Kali ini Nara yang mendesak.

Delapan kepala itu kini tenggelam dalam diskusi. Sedikit canda yang keluar dari bibir membuat suasana itu tidak terlalu serius. Delapan kepala itu berharap apa yang diucapkan oleh Yuda benar-benar berjalan. Berharap adanya keluarga lain untuk berbagi rasa.

***

Sepulang dari Solar Beans, Annora duduk di kursi taman dekat area kosannya. taman yang belakangan ia tahu bernama Taman Bintang itu nampaknya menjadi tempat kesukaannya. Walaupun memang cukup sepi, berbanding terbalik dengan taman yang biasa ia datangi dengan Harsha.

Annora kembali memikirkan jawaban atas deretan pertanyaan yang dikirimkan oleh Mario. Ia masih belum mengirimkannya kembali walau sudah empat hari terlewati.

"Emaknya Rora?" sebuah suara cukup membuatnya terlonjak kaget. Ia pikir ia sendirian di sana. "Ngapain di sini? Nggak takut emang?"

"Kak Mario! Jangan bikin kaget!" serunya. Jujur saja, ia masih bisa merasakan jantungnya berdegup dengan cepat. "Kak, sorry. Gue masih belom selesai isi semuanya," lanjut Annora.

"Ya ampun, gue kayak debt collector. Santai aja. Gue cuma mau nyamperin, sekalian cari angin."

"Padahal tinggal idupin kipas angin," celetuk Annora.

"Mending lo yang kipasin gue, sih."

"Kak, gue juga sayang kok sama Gea." Mario sedikit kaget atas topik yang dibawa oleh gadis di sebelahnya.

"Lo masih kepikiran yang tempo hari, ya?" Annora menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Mario.

"Tapi ternyata bener, sayang yang gue tunjukkin salah." Annora mendongakkan kepalanya. Menatap langit malam yang tidak terlalu cerah. "Gue pikir, dengan sembunyiin luka gue dari Gea, nggak bakal nambah beban dia," lanjutnya.

Mario memiringkan sedikit badannya. Memfokuskan dirinya pada cerita yang ingin diungkapkan oleh gadis di sebelahnya.

"Ternyata, Gea justru bilang, dengan gue sembunyiin cerita itu, gue nggak percaya sama dia," lirihnya.

"Tapi, seenggaknya lo udah tau, kan?"

Annora mengangguk.

"Selama masih ada kesempatan buat perbaikin, gue rasa lo masih belom terlambat," ucap Mario sembari menepuk pelan puncak kepala gadis di sebelahnya. Seolah tidak sadar akibat atas tindakannya itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Whisper of the Silent Hearts [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang