09

25 18 0
                                    

Berulangkali Geandra melihat ke arah jam di ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berulangkali Geandra melihat ke arah jam di ponselnya. Kakinya ia ketukkan ke tanah, tidak sabar menanti hadir dari ojek online yang ia pesan beberapa menit lalu. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ia takut jika tempat tujuannya akan segera tutup.

Geandra harus membuat catatan untuk diri sendiri agar selalu memeriksa persediaan semua cat yang ia miliki. Ia tidak tahu jika cat akrilik yang ia punya sudah habis, bahkan beberapa mengering.

"Eh, ada neng cantik." Seorang lelaki yang masih mengenakan helmnya itu menghentikan laju motor di hadapannya. Geandra memiringkan kepalanya, berpikir bahwa sang pemberi layanan cukup tidak sopan dengan sapaannya. "Mau kemana, neng?" tanya sosok itu lagi.

"Nggak sopan, pak." Mendengar jawaban yang tidak diduganya itu membuat sosok itu akhirnya melepaskan helmnya.

"Lah, kemaren-kemaren 'Kak', sekarang jadi 'Pak'?" tanya Mario tidak percaya.

"Eh, Kak Mario, kirain pak ojek," jawab Geandra sedikit menahan kekehannya. Terlebih dengan jaket berwarna hijau yang dikenakan oleh lawan bicaranya. "Lagian jaketnya mirip."

"Ah, elah. Masih jauh ojeknya?" tanya Mario. Lelaki itu lalu turun dari kendaraannya. Turut menemani gadis yang dikenalnya itu.

"Sial, di-cancel lagi," umpat Geandra kala mendapati notifikasi bahwa pesanan yang ia lakukan telah gagal.

"Yaudah sini, naik."

"Yakin?"

"Yaudah, kalo nggak mau." Mario kembali ke arah kendaraannya, diikuti oleh Geandra yang langsung mendudukkan dirinya saat Mario akan menyalakan mesin.

"Ke Toko Buku Venus, kak."

"Kirain nggak mau?" ledek Mario. Lelaki itu seakan sudah paham akan sifat gadis yang kini pasti tengah menahan malunya.

Mario seakan lupa akan lelahnya sepulang menuntut ilmu. Hari yang ia pikir cukup berat itu seakan menjadi ringan kala melihat sosok yang kini tengah berpegangan pada sisi jaket yang ia kenakan.

"Kalo mau peluk mah nggak apa-apa." Ledekannya kali ini mendapat hadiah pukulan di punggungnya oleh Geandra.

"Diem, kak. Fokus nyetir aja, daripada dapet bintang satu," balas gadis itu. Tanpa Geandra sadari, lelaki itu sesekali mencuri pandang lewat spion motornya. Senyum di bibir lelaki itu memang tertutup oleh helm, namun mata itu jelas tengah mengatakan betapa senangnya ia malam ini.

***

Annora pikir hari ini pelanggan yang sempat membuat keributan di Solar Beans akan kembali. Dengan berpikir bahwa kata-kata dari pelanggan itu tidak sepedas Tante Sesil, gadis itu sudah menyiapkan mentalnya untuk menghadapi tiap kata-kata meremehkan yang mungkin akan menyerangnya.

Jam tutup kedai itu kian dekat. Pengunjung yang kian sepi hingga tersisa hanya satu orang membuatnya bersiap. Gadis itu menghela napas. Sungguh bersyukur atas lancarnya hari yang menjadi pembuka pekannya.

Whisper of the Silent Hearts [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang