07

27 22 0
                                    

Harsha kembali menekuk wajahnya saat mengetahui Orbit  memberikan Nora libur hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Harsha kembali menekuk wajahnya saat mengetahui Orbit  memberikan Nora libur hari ini. Ia pikir ia dapat mengajak gadis itu ke tempat yang baru kemarin ia temukan. Lelaki itu bahkan harus banyak bertanya pada teman-temannya untuk mendapatkan banyak rekomendasi tempat-tempat apik untuk dikunjungi bersama gadis itu.

"Moon hari ini ulang tahun soalnya, terus juga gara-gara insiden tempo hari jadinya Orbit maksa buat dia libur dulu," jelas Star saat ia bertanya pada lelaki itu di ruang ganti.

Selama jam kerjanya, lelaki itu terus mengarahkan netranya pada jam dinding yang berada di dekat kasir. Menunggu jam kerjanya usai. Ia tidak ingin rencana yang ia buat bahkan gagal sebelum ia menjalankannya.

"Satu jam lagi, sabar," ledek Star yang sedari tadi memerhatikan arah pandang temannya itu. "Emang tau alamat rumahnya si Moon?" Sebuah tanya dari Star membuatnya semakin terdiam. Ia melupakan hal yang paling penting sebelum rencananya dimulai, menjemput gadis pujaannya itu di kediamannya.

"Nih alamatnya, jangan bilang dari gue tapi." Sebuah kertas disodorkan oleh Sky yang ternyata mendengarkan percakapan dua lelaki itu.

Beruntung Solar Beans tidak terlalu ramai siang ini. Membuat mereka dapat bersenda gurau menikmati waktu luang yang jarang sekali mereka dapatkan, selain jam istirahat tentunya.

"Ma-makasih." Harsha masih memandang Sky sebagai sosok yang 'galak'. Sehingga sikapnya barusan cukup membuat lelaki itu gugup.

"Gue gak makan orang elah." Star tertawa. Lelaki itu memang sudah mengenal gadis dengan nama asli Kiara itu selama hampir empat bulan. Saat awal perkenalan pun, ia memiliki pemikiran yang sama dengan Harsha.

"Diem lo Lian." Harsha membelalakkan matanya kala mendengar gumaman gadis itu.

"Loh, kalian udah kenal? Kok tau nama asli dia?" Harsha mengarahkan telunjuknya pada kedua rekannya itu. Ia pikir, menggunakan nama asli di Solar Beans saat jam kerja adalah sebuah larangan.

"Dah, balik kerja, itu udah ada pelanggan lagi," ucap Sky sembari berlalu ke arah kasir, diikuti dengan Star yang kembali ke dapur. Keduanya menyembunyikan tawa saat mendapati ekspresi wajah temannya itu.

***

Annora pikir, hari ini ia akan dapat menghabiskan waktu dengan saudaranya. Namun nyatanya Geandra masih belum memunculkan batang hidungnya lagi.Mungkin gadis itu tertahan karena pinta dari sang ayah, pikirnya.

Gadis itu menghela napasnya. Mengumpulkan niat untuk bangkit dari kasur. Rasanya merayakan ulang tahun secara mendadak oleh dua orang yang baru dikenalnya semalam sudah menguras habis energinya.

"Gak nyangka mereka lebih tua dari gue," gumamnya kala mengingat lilin berupa angka yang masih tertancap pada kue semalam.

Annora memilih untuk duduk di depan meja belajarnya. Membuka sebuah buku yang terdapat tulisan tangan sang ibu. Sebuah rutinitas yang biasa ia lakukan setiap hari lahirnya.

Sebuah ketukan pada pintunya membuatnya mengernyitkan dahi. Ia pikir di balik pintu adalah saudaranya, namun untuk apa gadis itu mengetuk pintu.

"Pasti kuncinya ketinggalan," gumamnya. Kakinya lalu berjalan menghampiri pintu. Sebelum membukanya, ia menyempatkan diri untuk mengintip dari balik jendela yang berada tepat di sebelah pintu. Memastikan bukan orang jahat yang ada di balik pintu kayu itu.

"Harsha?" Dengan segera Annora membukakan pintunya. Didapati sosok lelaki itu tengah tersenyum sembari mengangkat tangan kanannya. "Kok tau kosan gue? Lo ngapain kesini?" tanyanya.

"Mau culik lo, buruan ganti baju dulu!"

"Mana ada nyulik nyuruh ganti baju."

"Mau langsung pergi emang?" Annora lalu melihat kembali pakaian yang ia kenakan. Baju tidur dengan gambar beruang.

"Sebentar!" Malu. Gadis itu lalu menutup pintunya kembali, membuat sang tamu susah payah menahan tawanya.

"Gila, ini emaknya dulu ngidam apa," pikirnya.

"Eh, Bima?" Sebuah suara menyapa rungu lelaki itu. Tidak jauh darinya, seorang gadis tengah berjalan menghampiri.

"Loh, Gea? Lo ngapain di sini?" tanya Harsha mendapati sosok yang ia kenal.

"Harusnya gue yang tanya, lo ngapain berdiri depan kamar kos gue?"

Bising yang terdengar hingga ke telinga Annora, membuat gadis itu mempercepat acara siap-siapnya. Rasa penasaran atas apa yang terjadi di depan kamar kosnya membuatnya tidak sempat untuk mengecek kembali isi tas yang disampirkan di bahunya.

"Eh ngaco, ini mah kamar kosnya Nora," ucap Harsha tak mau kalah.

"Ini kenapa deh?" tanya Annora setelah membuka pintu kayu itu. Didapatinya Harsha yang tengah beradu mulut dengan saudaranya. "Eh, gue kira lo masih nginep sampe besok," ucapnya pada Geandra yang kini sudah tampak kesal.

"Males di rumah, bosen," balasnya. "Nora, lo hati-hati, masa nih cowok ketauan mau ngintip lo," lanjutnya sembari mengarahkan telunjuknya ke arah Harsha.

"Enak aja betina! Gue nungguin Nora, lo jangan sok kenal deh sama Nora."

"Ini kalian kenapa sih?" Annora rasanya cukup pusing atas perdebatan antara dua orang di hadapannya. Ia bahkan tidak tahu apa yang menjadi ini atas adu mulut keduanya. "Harsha, kenalin ini Gea, sepupu gue. Gea, ini Harsha, temen gue."

"Kok bisa?" Keduanya memekik atas informasi yang baru saja disampaikan oleh Annora. Seolah tidak terima atas gelar yang diperkenalkan.

 Seolah tidak terima atas gelar yang diperkenalkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Whisper of the Silent Hearts [Completed]Where stories live. Discover now