08

25 19 0
                                    

Untuk kesekian kalinya Harsha harus menghela napasnya lantaran gadis yang kini duduk di kursi penumpang bukanlah Annora, melainkan Geandra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk kesekian kalinya Harsha harus menghela napasnya lantaran gadis yang kini duduk di kursi penumpang bukanlah Annora, melainkan Geandra. Jika mengingat masa orientasinya tahun lalu, rasanya emosinya masih akan memuncak.

"Musuh gue," jawab Geandra saat Annora bertanya tentang relasinya.

"Lo kalo gak ikhlas, puter balik aja," ucap gadis itu saat menangkap suara helaan napasnya.

"Sorry, ya." Setidaknya suara dari Annora dapat meredakan marah yang nyaris meledak di dalam mobil pinjamannya itu.

"Nggak, kok. Sabar ya, neng," balasnya dengan sesekali mengalihkan pandangan ke kursi belakang, tempat Annora duduk.

Datangnya Geandra saat mereka hendak pergi membuat Harsha harus menahan diri. Beralasan bahwa ingin menjaga saudaranya, gadis itu memaksa lelaki itu untuk turut membawanya pergi. Mengetahui sifat gadis yang selalu adu mulut dengannya saat di kampus, Harsha tidak ingin membuang tenaganya dan mau tidak mau mengizinkan 'musuh'nya itu turut dalam perjalanan panjangnya.

Satu yang membuatnya menyesal menganggukkan kepala adalah Geandra yang dengan entengnya langsung mendudukan diri di kursi penumpang, membuat Annora harus duduk di kursi belakang.

Padahal Harsha sudah membayangkan dirinya yang menyanyikan lagu-lagu dari spotify bersamanya selama perjalanan panjang ini.

"Sampe!" serunya saat tempat yang ia tuju sudah tampak di depan mata.

"Dih, lo jauh-jauh nyetir ke sini taunya cuma nyari kedai kopi?" Mendengar perkataan Geandra, semangat yang terkumpul rasanya hilang menguap, karena apa yang keluar dari mulut gadis yang duduk di sebelahnya benar adanya. Sebuah kedai kopi dengan nuansa vintage memang menjadi tujuannya.

"Ayo, gue udah laper," ucap Annora menengahi. Gadis itu lebih dahulu keluar dari kendaraan berwarna hitam itu. Ia lalu meregangkan badannya yang pegal. "Makasih ya," ucapnya pada Harsha saat lelaki itu turut turun.

Annora lalu melangkahkan kakinya menuju pintu berwarna putih, mendahului dua orang yang asyik melanjutkan adu mulutnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya. Entah mengapa pemandangan di belakangnya sedikit membuatnya iri.

"Tapi Gea emang cantik, sih," gumamnya.

"Nora! Tolongin gue, ada kanibal!" teriak Harsha. Lelaki itu berlari lalu menggandeng tangan Annora yang hampir membuka pintu. Di belakangnya, Geandra tampak sudah mengepalkan tangannya, bersiap mendaratkannya pada Harsha. "Nora tolong! Ada mak lampir!"

***

Mobil itu akhirnya kembali di depan area kos yang ditinggalkan beberapa jam lalu. Harsha hanya duduk di sana, enggan membangunkan dua penumpang yang asyik terlelap di kursi belakang.

Sebuah ide muncul di kepalanya. Lelaki itu mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi kamera lalu mengarahkannya pada dua gadis yang saling memeluk.

"Heran, bisa-bisanya lo punya sodara galak kayak Gea," gumamnya. Beruntung saat ia menyalakan lampu, dua gadis itu masih asyik bertualang dalam alam mimpinya.

"Mak lo ngidam apa ya dulu, bisa punya anak cantik kayak lo gini."

"Jangan bahas orang tua sama Nora." Suara dari Geandra yang masih memejamkan mata itu sedikit membuatnya terkejut. "Please, kalo lo emang cuma mau main-main, mending jauhin sodara gue," lanjut gadis itu.

Harsha terdiam. Rasanya baru ini ia mendengar nada serius gadis yang selama ini dicapnya galak itu.

Sebuah ketukan dari jendela di sebelahnya kembali membuatnya terkejut. Terlebih adanya sebuah wajah yang tengah mengintip.

"Kak Mario!" Seruan dari Geandra akhirnya membangunkan Annora. Gadis itu mengerjapkan matanya, mengambil waktu untuk mengembalikan kesadarannya.

"Loh, kapan kita sampe?" tanyanya, masih merenggangkan tangannya.

"Barusan, ayo turun dari pada lo diculik si Bima," ucap Geandra. Gadis itu lalu menyegerakan diri untuk keluar setelah mengambil tasnya.

"Oh lo. Kirain siapa malem-malem parkir di pekarangan orang." Mario tersernyum ke arah Geandra. "Sorry, sorry," lanjutnya saat mendapati mata yang masih cukup sayu itu.

"Berisik ya, kak? Salahin aja si Bima gak sakti itu," jawab Geandra sembari menunjuk Harsha dengan dagunya. Lelaki yang baru saja menutup kembali pintu mobil itu nyaris tersulut emosinya. Beruntung saat ia hendak menghampiri sang musuh, Annora turun dari mobil pinjamannya itu.

"Makasih ya, Sha. Sorry, gue malah tidur mulu," ucap Annora sembari menggosok mata kanannya, berusaha bangkit dari kantuk.

"Loh, maknya Rora!" seru Mario mendapati satu lagi sosok yang dikenalnya. "Lo berdua saling kenal?" tanyanya pada Geandra dan Annora.

"Lah, gue mah sodaraan, lo sama Nora kenal?" Geandra berbalik tanya pada lelaki yang baru dikenalnya itu.

"Dih, keren banget!" seru Harsha. Kejadian di hadapannya seperti reka ulang kejadian siang tadi tepat di depan kamar kos gadis incarannya. Siapa sangka jika malam ini ia mampu melihat kejadian yang sama, walaupun tanpa umpatan.

"Sok asik, lo!" Geandra nampaknya sudah benar-benar terbebas dari kantuknya. Gadis itu lalu berjalan menghampiri saudaranya. "Besok ceritain ya, kak!" serunya sembari melambaikan tangan pada Mario. "Lo pulang sana Bima gak sakti!" lalu mengusir lelaki yang kini membelalakkan matanya, tidak terima dengan bedanya perlakuan dari gadis berambut panjang itu.

***

"Lama banget lo pulang. Gue udah laper," ucap Jovano yang tengah duduk di sofa. "Hampir gue pesen makanan," lanjutnya. Lelaki itu lalu menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan daftar makanan yang hendak dipesannya secara online.

"Ya pesen aja, gue masih kenyang, kok." Harsha lalu merubuhkan badannya tepat di sebelah temannya yang masih merekatkan pandangan padanya. "Capek banget, gila."

"Buatin makanan maksud gue."

"Dih, lo gak denger gue? Baru aja gue ngeluh capek, No!" Rasanya seharian ini emosinya benar-benar mudah tersulut. "Gak lo, gak Gea sama aja nyebelinnya," lanjutnya. Ia lalu memaksakan diri untuk bangkit dan berjalan ke arah dapur.

"Cewek yang lo suka Gea?" Pertanyaan yang keluar dari mulut temannya kembali membuatnya menghela napas.

"Ya bukanlah! Tapi, sodaranya," jawabnya. Tangannya bergerak mengambil mie instan dari lemari. Hendak memasakkan temannya itu makanan. "Tapi sodaranya gak kayak Gea. Beda jauh banget."

"Tapi kata gue lucu sih kalo sampe lo sama Gea malah jadian."

"Lo mau ucap amit-amit sekarang apa mienya batal?" ancam Harsha. Jovano merekatkan bibirnya. Tidak ingin temannya itu membatalkan niat baiknya.

"No, gue berasa kayak gak bersyukur, deh," ucap Harsha. Lelaki itu memikirkan ucapan sang musuh tentang Annora. "Orang tua gue dua-duanya masih ada, tapi emang kayak udah gak ada sih."

Jovano menghampiri temannya. Lirih dari suara temannya itu dapat dipahaminya. "Gak ada gunanya banding-bandingin nasib. Semua sama beratnya."

"Eh, sawinya udah gue masukkin, gue lupa," ucap Harsha seolah ingin keluar dari percakapan serius yang dibangunnya.

"Bima Harsha Nugraha, mending lo packing baju-baju lo!"

"Bima Harsha Nugraha, mending lo packing baju-baju lo!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Whisper of the Silent Hearts [Completed]Where stories live. Discover now