chapter 26

6 1 0
                                    

"Ngeri amat kelakuan itu orang. Semoga lo banyak dikasih kesempatan berduaan sama Amon, dah, biar itu bocah kepanasan."

"Amin," ucap Nagita setelah meredakan tawanya. "Sebenernya, lebih mending dia batalin niatnya buat gangguin kami daripada kepanasan. Kalau kepanasan, makin brutal tingkahnya."

"Bagus, lah. Makin brutal, makin ada alasan buat Amon nonjok itu bocah," celetuk Tanisha. "Panjang umur. Rombongannya lewat."

Seperti candaan Tanisha yang tepat sasaran, pengendali semesta mengecat langit sore terakhir mereka di Bali dengan warna biru terang. Sinar yang tersisa sebelum sang surya pamit pun masih dalam batas wajar. Tidak keterlaluan, tidak pelit juga. Angin semilir bertiup menyambut pengunjung pelabuhan, menambah sempurna cuaca pada pelepasan rombongan karyawisata.

Nagita yang sewaktu menyeberang ke Bali mati-matian menghindari Amon sudah melepaskan ketakutannya. Ditemani Tanisha, ia mengekor gerombolan lelaki yang rajin meledeknya pada hari-hari pertama karyawisata. Ia bahkan memberitahukan posisinya pada Amon semata-mata supaya si lelaki menepati janji untuk bertemu. Sekalian memilah foto untuk dikirim mumpung Nagita membawa kameranya naik kapal.

Amon menyatakan kesediaannya begitu Nagita mengatakan ingin memilah-milah foto. Tidak tanggung-tanggung, lelaki itu langsung keluar dari barisan demi temui Nagita. Ia yang datang dari sisi kiri terlebih dahulu menyapa Tanisha, "Sore, Tan." Basa-basi sedikit agar Tanisha mau minggir dan membiarkannya melangkah di sisi kiri Nagita.

Meskipun menghadapi Tanisha sama susahnya dengan mengabulkan permintaan emak-emak rempong. "Di kanan aja, Mon." Perempuan itu memberi perintah lain setelah permintaannya diabaikan Amon. "Si Agit yang tengah, gitu. Jangan malah lo. Yang ada entar lo dikira pacarnya dua."

"Semua orang tau, kali, gue ga mungkin pacaran sama lo," tangkis Amon.

"Ya elah, dipikir gue pengin macarin lo?" Tanisha mendengus, lantas memisahkan diri dari pasangan yang bukan kekasih itu. "Gue jalan bareng yang lain, ya, Git!"

Nagita menoleh. "Hati-hati, Tan!"

"Harusnya gue yang ngomong begitu!"

Sampai kapal yang mereka naiki beranjak dari pelabuhan, Nagita tak menemukan keberadaan Tanisha. Perempuan yang menghilang usai mengingatkannya untuk berhati-hati itu kelihatannya sudah bersatu lagi dengan teman-temannya. Walau perkumpulannya tidak terlihat, Nagita yakin mereka berada di dekatnya. Sebab ia sekilas melihat Kanya sebelum menghadapkan tubuhnya ke alam bebas.

Sore ditonton dari dek kapal tidak ubahnya sore hari ketika mereka menyeberang ke Bali. Cuacanya sempurna untuk bersantai. Sendiri, berdua, atau bersama-sama, sore ini mubazir kalau dibiarkan mengalir. Harus ada momen yang membuat para pengalamnya terkesan. Perbincangan manis, lucu, atau kejadian yang buat emosi diputarbalikkan, harus ada kenangan yang membekas.

Bagi Nagita, kenangan yang dimaksud tercipta saat ia dan Amon mulai berbicara. Mereka yang berdiri di belakang pagar pembatas itu telah membicarakan banyak hal sejak kapal berangkat. Mirisnya, topik yang seharusnya diobrolkan justru luput dari pembicaraan. Dua anak manusia itu terlalu senang mengenang petualangan mereka di Bali sehingga lupa membahas foto. Apalagi mereka bebas dari ledekan. Bisa-bisa obrolannya keterusan sampai kapal mencapai pelabuhan.

Daripada pertemuan mereka sia-sia, Nagita membelokkan pembicaraan. "Katanya tadi mau milihin foto." Sambil susah-payah mengikat rambutnya yang berkibar, ia melanjutkan, "Mumpung gue bawa kameranya."

"Emang?" Mata bulat Amon mengejap-ngejap. "Oh, iya. Lo tadi udah bilang, ya."

"Gimana ceritanya bisa lupa, sih, Mon?"

Walaupun pemicunya sebatas kebodohan bersama, Nagita akan terus mengingat sore ini. Sore ketika ia bisa tertawa lepas dengan Amon. Momen sederhana yang harus dirayakan karena baru sore ini ia bisa tertawa tanpa menyimpan ketakutan akan hadirnya pihak tak diundang. Berada dalam situasi ini terasa menyenangkan. Nagita harap, tawanya dan Amon menjadi tanda kalau kebahagiaan akan penuhi sisa hari karyawisata.

iya, kamu!Where stories live. Discover now