chapter 4

10 4 1
                                    

Nagita berani berkata bahwa lebih dari separuh teman sekelasnya menghabiskan waktu istirahat mereka di luar kelas. Terutama saat istirahat kedua yang memakan waktu empat puluh menit. Orang-orang yang selama dua jam duduk dalam kelas langsung berhamburan keluar ruangan, memenuhi tempat-tempat yang biasanya sepi selama jam pelajaran.

Kosongnya kelas yakinkan Nagita kalau teman-temannya tak akan kembali dalam waktu singkat. Mereka pasti masih bergembira ria di lapangan futsal, basket, atau mengantre di kantin demi sesuap makan siang. Para lelaki yang memperebutkan bola sepak masih berteriak-teriak, sedang orang-orang yang mengunjungi kantin masih tertahan di sana.

Termasuk teman-temannya. Empat orang yang mengeluh lapar usai mengerjakan soal-soal kimia itu belum menampakkan batang hidung mereka. Belum terdengar lagi kabar mereka setelah Linda mengeluhkan betapa lamanya waktu yang Kanya butuhkan untuk memilih menu makan siang (bocoran: putusan Kanya jatuh pada es teh lemon).

Kelas sepi, koridor lantai dua sepi, tapi akun Line Nagita jauh lebih sepi. Ceritanya akan berbeda kalau Nagita mengabaikan pesan-pesan dalam grup angkatan, tapi ia telah membacanya semalam. Akan berbeda juga kalau Nagita membalas pesan Amon, tapi ia pura-pura menganggapnya tiada. Lebih tepatnya, Nagita lupa cara menyusun kalimat untuk menjawab pertanyaan sesingkat, Nanti balik sendiri atau bareng gue? Seharusnya, Nagita bisa langsung merancang alasan untuk tanggapi pertanyaan yang Amon ujarkan setiap kali bertemu dengannya. Harusnya itu jadi hal yang mudah kalau ia tidak berpikir, Gimana kalau yang lain tahu gue chatting sama dia?

Kadang-kadang, Nagita bingung sebenarnya ia berkawan dengan lelaki dari kelas sebelah atau mata-mata negara. Sebab interaksinya dengan Amon sering tercipta di belakang layar, atau lebih pas dibilang di belakang teman-teman dekat Nagita. Obrolan mereka disaksikan oleh sahabat-sahabat Nagita hanya ketika Amon yang memulai. Sisanya, Nagita hanya bisa berandai-andai bagaimana interaksinya dan Amon selanjutnya. Atau bertegur sapa melalui Line sejak mereka bertukar ID pada Senin lalu.

Mirip orang backstreet, memang. Habisnya, mau bagaimana lagi? Nagita bisa-bisa dianggap pengkhianat kalau sampai teman-temannya tahu ia berkawan dengan Amon.

Gue bingung. Hingga detik itu, Nagita masih terjebak di antara dua opsi: mengaku hendak pulang naik angkot bersama Tanisha atau menerima tawaran Amon dan membiarkan temannya pulang sendirian. Maunya menyetujui tawaran Amon, tapi banyak faktor yang menentangnya. Isi dompet Nagita belum sekarat—setidaknya cukup untuk dua kali naik angkot—dan ia bukan orang jahat yang main batalkan janji dengan teman. Akan kurang ajar kalau Nagita lebih memilih Amon daripada Tanisha.

"Lama, ya, Git?" Suara Kanya meramaikan kelas yang sepi, bahkan seseorang yang tidur di pojok sampai bangun karenanya. "Sori, ya, tadi ngantrenya lama."

"Lo aja milih makan bisa seabad. Untung aja lo kaga jadi beli es teh doang," cibir Tanisha. Plastik bening berisi pesanan Nagita ia berikan pada yang bersangkutan. "Nih, Git. Kalau udah dingin, salahin Kanya aja."

"Siap, salah," sahut Kanya sambil menirukan pose orang yang terpampang dalam meme tersebut.

"Akhirnya nyadar juga." Jemari Linda membentuk huruf v. "Katanya lo mau dispen habis ini."

Kanya batal menyuap nasi. "Kata siapa?"

"Orang," jawab Tanisha asal. "Tadi, 'kan, lo disamperin sama siapa-itu-gue-kaga-kenal. Katanya mau ada urusan ultah sekolah."

"Oh iya." Kanya menepuk dahinya. "Cuma keliling-keliling kelas. Sosialisasi lomba. Paling enggak sampai sejam." Sambil mengunyah makanannya, ia menambahkan, "Tapi itu udah dijelasin pas TM dua minggu kemarin, sih. Jadi gue batal dispen."

"Ga usah ngomong." Hampir saja Tanisha melemparkan tempat pensilnya. "Udah serius juga dengerinnya."

Indah tiba-tiba bicara, "Katanya IPA 3 udah mulai casting, ya." Kabar yang dibawa olehnya mengundang tatapan sinis dari Tanisha. "Temen gue yang di sana bilang begitu. Baru banget kemarin casting-nya. Terus anak IPS—gue lupa IPS berapa—ada yang udah selesai naskahnya."

iya, kamu!Kde žijí příběhy. Začni objevovat