chapter 18

6 1 0
                                    

Tidur nyenyak menjadi pengalaman yang sulit Nagita dapat sejak Amon mengaku hendak bicara mengenai hubungan mereka. Nagita menggunakan malam-malam pekan liburnya untuk memikirkan bagian yang akan Amon bicarakan dengannya. Skenario yang Nagita bayangkan sebelum tidur terkadang berlanjut dalam mimpi. Sudah beberapa kali Nagita alami mimpi yang ceritakan kelanjutan hubungannya dengan Amon dan sebanyak itulah ia merasa kebingungan ketika kembali ke alam sadar.

Dari beberapa bunga tidur yang Nagita dapat, ada satu yang memasukkan orang selain mereka sebagai pemeran. Ialah Damian, nama yang belakangan itu muncul dalam daftar obrolan di akun Line milik Nagita. Lelaki yang beberapa kali hubungi dirinya untuk berbasa-basi itu hadir sebagai perusak suasana. Datang tepat seusai Nagita menerima pernyataan cinta Amon, Damian mengiming-iminginya banyak hal menggiurkan supaya ia mau berpaling. Terakhir, lelaki itu berujar, Enakan sama gue, 'kan, daripada dia?

Nagita sontak mengangkat kepalanya yang terbenam dalam jaket. Separuh sadar, ia memaksa matanya yang terpejam untuk terbuka. Yang penting melek saat para penanggung jawab penampilan malam keakraban manfaatkan jam kosong untuk memaparkan rencana mereka. Nagita juga memijat lembut kepalanya yang terasa pusing. Hitung-hitung menyembuhkan diri agar mampu mencerna penuh kalimat demi kalimat yang diucapkan dalam diskusi pagi kelasnya.

Setidaknya, Nagita tidak tergagap-gagap kalau diminta menjelaskan ulang rencana penampilan kelasnya. "Rencananya mau nyanyi bareng-bareng. Kayak kelasan kita tahun lalu—" Nagita terdiam sejenak. "Sebagian jadi penyanyi latar, beberapa ada yang bakal jadi penyanyi utama. Tadi Tanisha dimasukin jadi penyanyi utama, kok. Bakal nyanyi 'Cinta Terlarang', duet sama Linda."

"Heh?" Mata Tanisha menyipit mencari seseorang di barisan belakang sebelum ia melanjutkan acara jejeritannya, "Tole! Lo ada dendam apaan, sih, sama gue?"

Sementara Tanisha mengawali keributan dengan Tole, Nagita meninggalkan kelas. Niatnya mau mampir ke toilet untuk mencuci muka, sehabis itu kembali ke ruang kelas untuk mengerjakan tugas kimia. Ia bisa saja mampir ke toilet yang berada di dekat UKS, tetapi langkahnya mengarah ke kiri alih-alih kanan. Bisikan untuk pergi ke toilet di samping deretan ruang kelas dua belas jurusan IPS berhasil menggoda Nagita untuk mengubah arah kepergiannya. Ia yang seharusnya tinggal belok kiri dan menuruni tangga malah berjalan lewati ruang-ruang kelas sebelas, termasuk kelas sebelah yang pintunya tertutup.

Kelas yang sebelas-dua belas berisiknya dengan kelas Nagita tiap ada jam kosong itu tampak sepi saat diintip dari jendela. Murid-murid duduk rapi di kursi masing-masing, berhadapan dengan dua lembar kertas yang terbaring di meja. Selembar HVS A4, satu lagi berukuran separuhnya. Oh, pasti ini ulangan biologi, duga Nagita usai melihat guru biologi duduk mengawasi murid-muridnya. Teringat juga dirinya kalau beliau mengumumkan rencana ulangan sebelum mereka libur.

Nagita langsung mempercepat langkahnya kala Amon menyadari keberadaannya. Secepat mungkin menghilang sebelum ketahuan oleh guru biologi atau kepergok salah tingkah oleh Amon yang mengodenya untuk datang lagi pada jam istirahat. Padahal, dipikir-pikir, siapa juga yang mau mengomeli Nagita hanya gara-gara hal sesederhana menampakkan diri di depan kelas orang? Mustahil pula kalau Amon tiba-tiba keluar untuk meledeknya.

Pikiran Nagita mungkin sudah terlalu kacau sampai-sampai ia melakukan apa-apa yang membingungkannya. Ia diam lama sekali di depan cermin toilet karena sibuk membayangkan pertemuan yang belum terjadi, padahal bisa langsung membuka keran air dan membasuh muka. Nagita juga sempat tersasar saat kembali menuju kelas, padahal ia bisa langsung naik tangga di sebelah toilet dan berjalan terus ke kanan.

Yang paling parah, Nagita memilih mondar-mandir di koridor ketimbang kerjakan tugas kimia. Ditanya kenapa, ia diam saja. Disuruh mengerjakan tugas, ia menolak halus. Nagita kelihatannya lebih suka menunggu bel istirahat berbunyi dibanding mengerjakan tugas yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya itu. Meskipun demikian, ia bersedia membantu teman-temannya yang mengalami kebuntuan.

iya, kamu!Where stories live. Discover now