33.December to Jakarta.

21 3 0
                                    

Haloo happy wekend semuanyaa✨️ Jangan lupa vote dan komennya ya💗

💌




Surabaya, Desember 2025.

Desember tahun lalu aku meninggalkan ibu kota dengan seluruh kenangan ku.

Memadamkan segala kehidupan ku di ibu kota yang sudah banyak menciptakan kehidupan.

Namun desember tahun ini aku harus kembali berkunjung ke rumah lama ku. Rumah yang sudah aku tinggalkan setahun lamanya.

Setahun di Surabaya menyenangkan. Banyak hal baru yang aku pelajari di kota pahlawan ini.

Di sini lebih banyak hal-hal menyenangkan yang aku temui.

Rumah tangga bang Iyan dan kak Lestari membuat aku berpikir jernih bahwa pernikahan tidak seburuk itu.

Aku kira terlahir di keluarga yang tidak mengajarkan arti cinta, maka akan selamanya begitu. Namun bang Iyan mematahkan pikiran buruk itu.

Bang Iyan menunjukkan kepada ku bahwa kehidupan yang kini kita jalani tergantung kita, tidak menurunkan karma buruk itu.

Pilihan tepat untuk ikut dengan bang Iyan.

"Tante Aya, mau pulang?" Nama baru itu ku dapati di kota ini. Keponakan ku itu terlalu sulit menyebut nama ku dan berakhir ia memanggil ku dengan nama 'Aya'

Aku berjongkok, menyamakan tinggi tubuh ku dengannya. "Mau ikut?" Tanya ku dan mengelus lembut pipinya.

Anak itu mengangguk. Matanya membola bahagia, "MAU!!" Jawabnya, girang.

"Kana mau temanin tante biar nanti tante Aya ga sendirian lagi." Ucapnya.

Aku tersenyum haru. Ternyata pribadinya mirip sekali dengan Bang Iyan. Semua yang ada pada Arkana ada pada diri bang Iyan.

"Kana boleh ikut, tapi nanti kalau Kana udah besar." Aku mengusap rambutnya. Bibirnya menekuk ke bawah. Raut wajah yang tadi senang, kini berubah cemberut.

"Kana, kan, mau jaga tante Aya. Nanti tante Aya sendirian."

Aku merentangkan tangan ku. Anak laki-laki itu memeluk ku begitu erat. Bahunya tampak naik turun. Aku mengelus lembut punggungnya, berusaha menenangkan Kana.

"Kenapa nangis? Nanti tante pulang kok kesini. Tante sebentar di Jakarta. Nanti tante bawain Kana oleh-oleh yang banyak, kana mau apa? Mobil-mobilan? Atau mau mobil beneran? Nanti tante belikan."

Anak laki-laki itu berhenti menangis. Ia melepaskan pelukan itu dan tertawa geli di hadapan ku. "Mobil baru tante aja di bawa pergi orang, kata ayah ga bisa bayar."

Ohhh sungguh....

Selain sifat baik yang di turunkan bang Iyan. Rupanya anak ini juga membawa hal-hal yang menyebalkan dari bang Iyan.

Aku tertawa lepas. Mentertawai diri ku dan juga ucapan Kana yang memang benar itu.

Kana ikut tertawa.

Kamar ku yang sedari tadi sepi, kini setiap sudutnya bergema tawa yang terdengar lega.

"Ketawain apaan? Suara kalian sampai ke bawah." Bang Iyan datang menghampiri, di ikuti oleh kak Tari yang berjalan di belakangnya.

"Iya nih, lucu banget keliatannya." Sambung kak Tari.

Kami berdua sama-sama berhenti. Menatap bang Iyan dan Kak Tari yang kini turut lesehan di hadapan kami.

Senja Dan Rindu [END]Where stories live. Discover now