13. Tempat Istirahatnya

44 20 0
                                    

Langit di atas sana tampak mendung. Ia tak secerah kemarin. Seolah langit itu menggambarkan kesedihan.

Bunga-bunga kambajo di pusara sudah jatuh berguguran di tanah yang kering.

Sudah lima menit yang lalu aku merebahkan diri di samping pusaranya.

Nisan berbahan marmer itu masih setia ku peluk dengan dada yang sesak.

Di sini aku hanya mendapatkan kesunyian yang abadi. Tanah pusara yang dingin itu tidak sama seperti dekapnya dulu.

"Janji ga akan pergi kemana-kemana pun dan tetap ada di sisi aku?"

"Janji...aku akan selalu ada disisi kamu dan aku ga akan pergi kemana pun." jawabnya menyakinkan.

"Kamu engga nepati janji kamu, Than." Lirih ku pada gundukan tanah itu.

Malam itu ia berjanji, dan aku percaya akan janjinya itu. Janjinya untuk tetap bersama ku, namun takdir berkata lain. Nathan ternyata tidak akan pernah menepati janjinya. Dia membawa janji itu, mengingkarinya.

"Kamu bohong!!kamu pergi ninggalin aku sendirian, kamu pergi membawa bahagia." Isak ku dengan emosi yang susah di utarakan.

"Kamu bilang kebahagian itu kita sendiri yang ciptakan, tapi sampai saat ini aku engga bisa bahagia. Aku engga tau gimana caranya bahagia. Aku masih butuh kamu buat cipatkan bahagia itu." Sesak di dada yang selalu tertahan itu, rasanya sedikit demi sedikit mulai mengeluar.

Datang kesini memang sakit, tapi kalau tidak datang rasanya jauh lebih sakit. Rindu yang meluap-luap itu hanya bisa di lepaskan disini, walaupun amat perih.

"Banyak banget ya, Than, yang kita lalui dulu. Sampai rasanya hidup ku cuma mengulang. Tiap jalan, waktu, dan suasana yang aku lalui itu, kayak cuma ulangan dari  perjalanan kita dulu." Isak ku di samping pusaranya.

"Kamu udah ga ngerasa sakit lagi, tapi aku di sini sakit, Than. Aku ga tau harus nyari obatnya kemana lagi." Air mata itu luruh lantak di atas pusaranya. Nisan yang dingin itu memberi kesan yang sangat menyakitkan.

Dahulu bahu kokohnya menjadi sandaran dari lelahnya hidupku. Dia rela membagi bahu itu untuk aku sandari. Dekapan hangatnya yang kini engga bisa ku rasakan masih terasa hangat di tubuhku.

Perihal untuk melupakan tentang dia terlalu sulit, bahkan aku saja masih terus hidup di bawah bayangannya.

"Andai kalau Tuhan izinkan, aku juga mau ikut sama kamu. Tapi Tuhan ga pernah relain aku."

"Than, kamu kan tau jadi aku capek banget. Kamu tau kan kalau keluarga aku hancur, mama yang ga pernah sayang sama aku, papa yang sibuk kerja. Aku cuma punya bang Iyan yang selalu ada buat aku, dia yang menjadi ayah, ibu, abang dan teman buat aku. Tapi nyatanya peran kamu juga ga kalah penting di hidupku. Semenjak sama kamu, aku bahagia banget....aku punya teman buat cerita banyak hal."

Ibarat malam yang gelap gulita tanpa ada cahaya barang setitik pun, dia datang memercikkan api yang setitik itu. Bersamanya kami mengobarkan api itu sampai sebesar samudra, menerangi seluruh seluk kehidupan. Tanpa ada celah yang gelap gulita, saat itu aku menjadi orang yang paling bahagia. Bersyukur karna di temukan lelaki seperti dia, namun semua tak berlangsung lama. Api itu padam di guyur air yang entah datang dari mana.

Api besar itu padam seketika. Dunia yang telah terang itu kembali gelap gulita, dan aku engga tau gimana caranya agar cahaya itu kembali.

"Aku pamit ya. Bilangin sama Tuhan kalau aku belum bisa bahagia, sampaikan sama Tuhan kalau aku kepengen bahagia."

Aku berdiri sembari menepuk baju ku yang sedikit kotor.

Langit yang kini tampak semakin gelap, awan-awan hitam itu sudah mengumpul di atas sana. Agaknya sebentar lagi hujan akan jatuh membasahi bumi. Langkah ku terhenti di gerbang TPU, aku menoleh pada rumahnya yang terlihat asri itu. Pohon kambajo di atas pusaranya tampak berbunga lebat.

Dentingan notifikasi dari handphone ku membuat aku terburu untuk masuk ke dalam mobil ku.

Detik kemudian hujan mengguyur bumi.

Kebahagian ku di kubur bersama daksa yang dulu setia mendekap ku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kebahagian ku di kubur bersama daksa yang dulu setia mendekap ku. Di kubur bersama pencipta bahagia itu.

00ㅡ



Senja Dan Rindu [END]Where stories live. Discover now