04. Irama Dari Ketukan

85 42 5
                                    

Memainkannya adalah hal yang paling menyenangkan namun aku kesakitan

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Memainkannya adalah hal yang paling menyenangkan namun aku kesakitan.


Bughh

Entah angin dari mana yang menjatuhkan buku panduan itu.

Niat ku ingin keluar dari kamar ini urung ku lakukan. Langkah ku menuju sebuah piano dengan meja coklat yang begitu cantik.

Ku tatap sendu piano yang kini tertutup dengan kain berwarna coklat muda itu. Ingin ku sentuh, namun aku ragu.

Piano itu adalah hadiah ulang tahun ke-10 dari orang tua Nathan. Piano itu menjadi saksi dari betapa lincahnya jemari itu menari-nari disana. Betapa seringnya dahulu ia memainkan alat itu.

Ku tepis ragu yang memenuhi diri ku sendiri, dan ku tarik kain coklat muda itu dari atas sana. Tuts nya ku sentuh, semuanya bersih tanpa debu.

"Bunda ga ngebiarin debu nyentuh barang-barang kamu." Ucap ku dan terduduk di kursinya.

Di meja itu terukir namanya, Anathan Drean Aksvaro

Sudah ku balik lembaran buku yang berisi banyak nyanyian itu, namun tak ku temui lagu mana yang ingin ku bawakan malam ini.

Aku terdiam memandang piano itu, cukup lama. Sedang memikirkan, akan kah ku sentuh not hitam yang kini sudah dingin? Ia sudah lama tak di mainkan sang tuan. Apa boleh aku menyentuhnya?

Setelah sekian lama berpikir, aku memejamkan mata ku sesaat. Menepis sesak yang berkecamuh di dalam dada ku.

Perlahan, jemari ku sudah bertengker di tuts yang terasa dingin itu. Suara yang keluar dari tekanan itu membuat bibir ku kembali bergetar. Tangan ku turut bergetar juga, namun lagu ini harus selesai di bawakan.

Nathan bilang bermain piano adalah salah satu cara mengingatnya, hampir setiap saat lagu ini terdengar di rumah ku yang sepi.

Aransemen lagu ini di buat langsung oleh Calvin--guru les piano ku--. Lagu ini adalah sebagai ungkapan rasa cintaku, dukaku dan kesedihan ku akibat di tinggalkan kebahagian.

Jemari lincah ini menekan setiap tuts itu, walaupun dengan sekujur tubuh ku terasa bergetar. 

Air mata ku sudah jatuh sedikit demi sedikit, isakan itu terdengar memilukan. Aku masih terus memejamkan singkat mata ku, dan sesekali mengembuskan nafas kasar.

Lagu ini belum sempat ku pendengarkan kepala pemiliknya, lagu ini ku tulis untuk dirinya. Lagu ini menggambarkan perihal rasa syukur bertemu dengan Nathan.

Bagaimana aku yang bahagia di pertemukan olehnya. Lagu ini adalah hadiah untuknya, hadiah yang tak sempat ku beri. Rencanannya akan ku mainkan saat aniversary ke tiga tahun, namun di hari itu ia sudah tak ada lagi di sisi ku.

Lagu itu ku selesaikan dengan baik, aku tertunduk di atas piano itu. Sesak di dada ini semakin sesak. Lagu ini akhirnya ku main dengan piano miliknya, walaupun Nathan tidak mendengarkannya lagi.

Senja Dan Rindu [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz