23. Bersama Cinta Yang Baru

36 14 0
                                    

Pada hati yang dahulu mengisi tiap celah kosong dalam jiwa rapuh ku, aku izin pamit. Terimakasih sudah mencintai ku sedalam itu, pun aku mencintai mu tanpa kata usai. Na, kini aku sudahi perasaan ku pada mu, sebab aku sudah menemukan singgahan baru. Aku harap kali ia tidak singgah, aku harap yang kali ini bisa bersama ku, berakhir.

Tiga tahun berjalan bersama Rafa di bawah langit yang kian lama semakin membiru, rupanya adalah sebuah keputusan yang amat baik.

Lelaki itu memilik banyak cara untuk membuat aku bahagia, tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk aku menyakinkan perasaan ku terhadapnya.

Sampai kini aku masih takut kalau hadir ku hanya menyakitkannya, namun berulang kali ia tegaskan bahwa dalam kurun waktu tiga tahun itu aku tidak pernah menyakitinya.

Aku benar-benar sudah menghapus semua ingatan ku soal Nathan, aku tidak membawanya lagi dalam hubungan ku yang baru. Aku tidak membandingkan yang baru dengannya. Aku benar-benar sudah melupakan perasaan ku untuk Nathan.

Nathan terimakasih sudah membuat ku tau bahwa yang hilang tidak bisa kembali lagi. Bahwa yang sudah ku anggap tenang, ternyata masih bisa terombang lagi.

Nathan, sayang Kezia tidak pernah hilang. Sayang Kezia akan tetap sama, hanya cintanya saja yang hilang.

"Aku datang." Ku tabur bunga itu diatas pusara yang sudah sangat lama tak aku kunjungi. Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan urusan ku.

"Aku kesini cuma mau ngasih kabar baik buat kamu, aku sama Rafa baik-baik aja. Hubungan kami semakin serius, Than." Kata ku memulai sebuah cerita pada gundukan tanah itu.

"Than, kamu di sana harus bahagia juga. Aku di sini sudah sangat bahagia, aku udah bisa nerima takdir yang diberikan Tuhan untuk aku. Aku sudah paham bahwa hidup berjalan lebih mudah kalau kita bisa menerima apa yang diberi Tuhan. Ujian yang di kasih Tuhan harus diterima dengan lapang dada, dan aku juga sudah berusaha menjadi manusia yang paling sabar untuk menerima apa yang di kasih Tuhan.  Semakin aku ikhlas menjalan hidup, Tuhan kasih aku banyak kebahagian yang ga terduga."

Cukup lama belajar soal mengikhlaskan semua alur kehidupan ku, aku di temanin orang-orang baik yang selalu mau menunjukkan ku soal salah dan benar dalam hidupku.

Atas kepergiannya aku belajar banyak soal kerelaan, Nathan lah yang paling banyak mengajarkan kehidupan untukku.

"Aku akan selalu berdoa untuk kamu. Dan kalau kehidupan selanjutnya memang ada, aku harap kita tak pernah dipertemukan lagi. Aku pamit, ya."  Aku berdiri, meninggalkan area pemakaman yang kini ramai. Jarak dua meter dari pusara Nathan mengingatkan ku kembali pada saat Nathan di kubur siang itu.

Suara tangis sanak saudara terdengar menyedihkan, rintihan nama yang di paksa bangun itu membuat aku kembali mengingat kejadian hari itu. Aku terburu menghindari keramai itu, berjalan tergesa menuju parkiran.

Hal seperti itu masih menjadi trauma dalam hidup ku, suara ambulance kematian masih membuat hatiku memilu.

Laju mobil yang kukendarai sudah berhenti pada rumah tuan yang kini mengisi seluruh hatiku.

"Bang Rafa kak Jia datang." Sang adik bungu berteriak kencang memanggil si sulung. Rangga, adik bungsu Rafa itu sedang asik bermain dengan kucing yang baru ku kasih seminggu lalu.

Senja Dan Rindu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang