CHAPTER 41 - Berusaha Menyembunyikan

99 11 0
                                    


"Pagi, Anna," sapa Danu pagi itu yang entah kenapa akhir-akhir ini selalu datang lebih pagi. Padahal selama ini ia berpegang teguh dengan konsep on time-nya.

"Pagi," jawab Anna singkat sambil meletakkan tas hitamnya di meja di sebelah komputer.

"Sudah sarapan?" tanya Danu lagi yang dijawab anggukan kepala oleh Anna.

Setiap pagi Anna selalu sarapan sebelum beraktivitas, mengimbangi Evander yang juga selalu sarapan.

"Mau kopi?" tawar Danu penuh harap.

"Tidak, terima kasih masih terlalu pagi," tolak Anna halus.

"Eeehh, sudah ada yang gerilya pagi-pagi," ujar Wina yang mendorong Danu untuk menyingkir dari meja kerjanya.

Danu yang kesal karena usaha paginya terganggu, segera kembali ke tempat duduknya semula.

"Hati-hati kalau sama Danu. Terkenal playboy cap kodok dia," ujar Wina pada Anna yang tertawa kecil mendengarnya.

"Aku bisa dengar jelas, tahu. Enak aja bilang playboy cap Kodok," gerutu Danu kesal.

Tapi dalam hati Danu juga tak menolak kalau dia naksir Anna yang manis dan ramah pada siapa saja.

"Pagi semua," sapa suara berat dan berwibawa dari Tama, kepala tim mereka.

Memang benar apa yang dikatakan Wina saat Anna pertama kali bekerja dalam tim R and D. Tama sekarang sudah jauh lebih ramah daripada minggu lalu. Bahkan kelewat ramah kalau menurut Anna.

"Jam sepuluh nanti aku ada meeting dengan Pak Sabino dan desainer tentang proyek pengembangan produk kita ke Eropa. Siapkan semua yang aku minta minggu lalu sebagai bahan meeting nanti," ucap Tama pada anak buahnya.

"Semua sudah siap, Pak," ucap Anna sambil memberikan sebendel map pada Tama, "di dalamnya ada keterangan tentang pengembangan produk awal, riset, dan juga langkah-langkah riset."

Tama menerima map dari tangan Anna dan membaca isinya sekilas. Hasil pekerjaan administrasi staf barunya ini memang rapi, runtut, dan mudah dimengerti isinya. Anna bisa menggabungkan informasi yang diperoleh ketiga rekannya menjadi laporan yang lengkap.

"Kerja bagus, kalian semua," ucap Tama sambil tersenyum, "Oh, ya, Rasta mana? Dia akan ikut denganku saat meeting nanti."

"Belum on time, Pak. Masak Pak Tama lupa kalau dia selalu datang jam delapan tepat. Nggak lebih dan nggak kurang," jawab Danu.

Tama hanya tersenyum dan mendengus mendengar perkataan Danu. Meskipun dahinya juga ikut berkerut karena Danu biasanya juga tak pernah datang lebih awal.

٭٭٭

"Kopi buat Tama lagi, ya?" ujar Meita, anak marketing, pada Anna yang membuat dua cangkir kopi di pantry.

Anna mengangguk dan mengaduk kopi latte instan untuknya dan Tama. Satu jam lagi Tama akan meeting dengan pemilik perusahaan, dan saat tahu Anna akan ke pantry membuat kopi, ia pun minta tolong dibuatkan juga.

Tapi sebenarnya bukan hanya hari ini saja Tama menitip supaya dibuatkan kopi. Kemarin ia minta dibuatkan kopi, dua hari yang lalu juga. Anna tak masalah dan senang hati menolong, tapi tampaknya tak semua karyawati merasa senang.

Sudah menjadi rahasia umum kalau banyak wanita di kantor ini yang mengidolakan Tama. Gagah, tampan, ramah, mapan sudah bisa menjadi syarat Tama layak menjadi idola. Kata Wina suara Tama yang berat seperti penyiar radio sudah bisa membuat wanita di kantor ini terbius dan terpesona.

"Kamu yang menawarkan atau Tama yang minta?" kejar Meita tak puas.

"Aku nggak pernah menawarkan," elak Anna.

CEO'S LADYTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon