CHAPTER 8 - Calon Suami yang Tak Disangka

164 14 2
                                    

Anna mencerna setiap kata yang diucapkan laki-laki itu barusan. Apa ia tak salah dengar? Apa laki-laki itu tak salah bicara?

Ia yang akan menikah dengan Anna? Bukan Om Fandi? Oh, ya ampun, Anna merasa dunia sekelilingnya saat ini tak ada yang benar.

Sebelumnya Anna sudah mengira Fandi laki-laki tua gatal yang ingin menikahi gadis muda seusia dirinya adalah calon suaminya. Dan sekarang laki-laki penuh kharisma dengan wajah rupawan di atas rata-rata mengatakan kalau Anna akan menikah dengannya.

Otak Anna sampai kesulitan menyinkronkan sejumlah informasi yang membuat traffic jam di pusat syarafnya.

"Pardon me?" tanya Anna tak yakin dengan pendengarannya.

"Yes, Ms. Annabella, you're going to merried with me," ucap laki-laki itu untuk kesekian kalinya.

"Tapi, tapi, kenapa?"

"Kenapa?" ulang laki-laki itu sambil memicingkan matanya,"kau tidak mengira akan menikah dengan Om Fandi kan?" tanya laki-laki itu lagi.

Dan beberapa detik kemudian meledak tawa lelaki itu. Suara tawa berat yang paling seksi yang pernah Anna dengar.

"Om Fandi tak pernah mengatakan apa pun tentang hal ini," jawab Anna dengan jujur.

Entah memang sengaja tak memberi tahu atau memang ada informasi yang terlewat.

"Apa pernikahan ini harus?" lanjut Anna.

"Tidak, asal kau tahu konsekuensinya."

Anna menelan ludahnya. Dalam hati ia tak percaya kalau laki-laki tampan di depannya itu sampai butuh menikahi perempuan demi utangnya lunas. Laki-laki seperti itu tentu akan mudah mendapatkan wanita mana pun yang dia inginkan. Dengan pembawaan berkharisma dan pastinya juga dompet tebal yang dimilikinya tentu wanita mana pun akan mudah didapatkannya.

Sangat tak masuk akal kalau ia menikah dengan Anna. Anak debitur yang tak mampu membayar utang yang tak pernah sekali pun dikenalnya.

"Jadi, kenapa harus saya? Kenapa harus anak dari ayah saya? Debitur yang tak mampu melunasi utang bukan hanya ayah saya saja kan?" kejar Anna.

Evander Alakai tersenyum. Gadis di depannya itu ternyata punya nyali dan logika. Bukan gadis lemah yang bisanya hanya menangis-nangis meminta belas kasihan.

"Karena Om Fandi sudah lama mengenal ayahmu dan menurutnya kau gadis baik-baik yang cocok untuk menjadi istriku. Jadi, kenapa aku tidak mencobanya?' jawab lelaki itu tenang.

Kenapa tidak dicoba katanya? Anna mulai merasa tersinggung. Jadi, laki-laki ini hanya ingin coba-coba. Dikiranya pernikahan itu seperti toko sepatu yang sebelum membeli bisa dicoba pas atau tidak.

"Pernikahan bukan hanya untuk coba-coba," kecam Anna.

"Aku tahu. Bukankah tadi aku juga mengatakan kalau aku akan menikahimu, bukan mencoba menikahimu," jawab Evander tenang.

"Anda mau menikah dengan orang yang tidak Anda kenal sebelumnya?"

"Ada yang merekomendasikan kepadaku dan aku percaya padanya," sahut Evander.

Anna menggelengkan kepala tak percaya. Mana ada di zaman modern seperti ini orang memilih jodohnya berbekal percaya pada rekomendasi orang lain. Sungguh di luar nalar.

"Jadi, Ms. Annabella. Kita akan lanjutkan dengan membicarakan rencana pernikahan kita sekarang?" tawar Evander Alakai.

Laki-laki ini sungguh keras kepala. Entah ditinggal ke mana nalarnya. Bukankah laki-laki selalu membanggakaan diri dan merasa dirinya sebagai makhluk yang paling menggunakan logika.

CEO'S LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang