CHAPTER 10 - Bertemu Kembali

177 17 0
                                    


Kalau sebelumnya Danila ngotot berpendapat Evander akan memanfaatkan waktu sebelum menikah untuk lebih mengenal Anna, itu berarti salah besar. Setelah pertemuan pertama tak pernah sekali pun Evander menghubungi Anna. Bahkan mengirim pesan untuk sekadar say hello pun tak pernah.

Anna semakin ragu kalau laki-laki itu serius. Mungkin mereka menikah hanya sebagai status saja dan Anna hanya sebagai pajangan di rumahnya. Anna hanya berstatus istri Evander Alakai di atas kertas.

Sudah dua bulan sejak mereka bertemu dan Anna tak pernah menerima kabar apa pun. Anna berusaha tak mengambil hati perilaku Evander terhadapnya, tapi lama-lama Anna merasa jengkel juga. Ia merasa diabaikan dan tak dianggap ada.

Meskipun begitu, ada untungnya juga. Tugas-tugas kuliah Anna jadi tak terbengkalai. Tugas akhirnya juga hanya menyisakan bab terakhir dan artinya sebentar lagi Anna akan ujian skripsi. Tak terasa waktu empat tahunnya di kampus akan segera berakhir.

Anna tengah menikmati minuman dinginnya di kantin kampus siang itu. Danila masih ada bimbingan skripsi hingga Anna hanya sendirian di kampus.

Hari ini tak ada kegiatan yang menyita waktunya. Ia punya waktu luang lebih untuk dihabiskan seorang diri. Anna masih menimbang-nimbang apakah ia akan menghabiskan waktunya di perpustakaan kampus untuk menyelesaikan bab terakhir skripsinya atau ke toko buku untuk mencari buku bacaan baru tatkala sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak dikenalnya.

'Ada waktu?'

Sangat tidak sopan si pengirim pesan. Tanpa permisi dan mengenalkan diri malah dengan PD-nya menanyakan apa Anna ada waktu.

'Ini siapa?' balas Anna singkat.

'Evander.'

Anna nyaris tersedak orange juice yang disesapnya dengan pipet. Matanya terpejam saat ia terbatuk hebat. Anna menepuk dadanya dan mengambil napas panjang. Ia menatap layar ponselnya setengah tak percaya.

Entah laki-laki itu mendapat nomornya dari siapa, mungkin dari Fandi, atau ayahnya. Tapi Anna teringat kalau ayahnya tidak tahu hubungan Anna dengan Evander.

Cukup lama Anna menimbang-nimbang apakah akan menyediakan waktunya untuk Evander atau tidak. Tapi akhirnya Anna membalas singkat dengan mengatakan ia punya waktu luang siang ini. Anna tak boleh bersikap pengecut. Cepat atau lambat mereka berdua akan lebih sering bertemu.

'Aku tidak sibuk.' balas Anna singkat.

'Aku mau ke tempatmu sekarang.'

Evander membalas setiap pesan Anna dengan cepat. Laki-laki itu tampaknya tak punya banyak kerjaan sampai-sampai tak perlu hitungan menit untuk membalas pesannya.

'Aku tak di rumah, aku di kampus,' jawab Anna.

'Aku tahu. Tunggu saja di depan kampusmu, aku segera ke sana.'

Anna masih termangu sambil memegang ponselnya. Begitu sadar sesuatu ia cepat-cepat ke toilet. Anna mematut diri di depan cermin toilet yang besar. Terakhir kali bertemu Evander, Anna sudah memepermalukan dirinya sendiri dengan tampilan seadanya yang terkesan lusuh. Kali ini Anna harus tampil lebih baik. Paling tidak, bisa mengimbangi penampilan Evander yang parlente.

Anna menyapukan bedak tipis dan menambahkan lipgloss, tak lupa sedikit cologne yang selalu ia bawa ke mana-mana. Seringnya berkegiatan di luar rumah sampai malam membuat Anna tak pernah ketinggalan membawa peralatan make up-nya, terutama bedak, lipgloss, dan cologne.

Kalau Evander meluncur dari kantornya sekarang, kemungkinan besar ia akan sampai dalam waktu satu jam kalau tidak terjebak macet. Anna bisa menunggu di bangku panjang depan kampus. Ia bisa menunggu sambil bermain game di HP-nya atau bermain medsos.

CEO'S LADYWhere stories live. Discover now