SEPULUH

24 4 0
                                    

*****

"Selidiki siapa yang membunuh pacar galen"ketujuh orang di hadapan geredilan mengangguk

"Gue Masi bingung,kenapa mereka nuduh kita"Johan memijat pangkal hidungnya

"Dilon anggota dari SAGERX memiliki dendam dengan galen karna beberapa tahun lalu galen membiarkan kakak dilon mati mengenaskan saat menjalankan misi lalu dengan sewenangnya nama Keynes hilang dari daftar nama anggota SAGERX,namun kita belum bisa menyimpulkan secara tergesa-gesa belum ada bukti yang logis bahwa dilonlah yang membunuh kekasih dari galen yang bernama queen anara"

Seluruh atensi mengarah kepada atalah,namun sudah bukan hal baru jika atalah mampu menggali informasi sedalam apapun lelaki ini sangat misterius ia selalu nampak tak peduli dengan sekitar namu segala informasi sangat muda ia dapat entah dari mana pasalnya atalah tak pernah mengatakan dari mana semua informasi itu di dapatkan

"Tau dari Mane Lu"damar Masi mengangak  pasalnya ini hal baru menurutnya

"Atalah emang gitu,diam diam menghanyutkan"bisik Herlan di Indra pendengaran damar

"Oky untuk sekarang cukup,gue harap kalian lebih berhati-hati"pinta geredilan lalu terlebih dahulu keluar dari ruang rapat yang berisikan delapan buah kursi yang selalu tersusun rapih di dalammya

"good afternoon"ucap cempreng Maya dari arah pintu utama markas

"Bangsat dah"reflek gerfsen pasalnya ia hanya ingin minum dengan tenang namun karna ulah Maya seluruh air itu tumpah mengenai pakaiannya

"Eh,ada Maya"ucap Herlan yang masi santai duduk di atas sofa

"Duduk may"suruh damar yang masi setia duduk di kursi pojokan miliknya

Setelah dilihat-lihat hanya dudukan di sebelah atalah yang kosong,pasalnya tiga kursi sofa yang berada di ruang utama markas di isi oleh geredilan dan natasya tak mungkin Maya duduk di situ bisa jadi obat nyamuk dia,Lalu di kursi sofa di hadapan mereka ada Herlan, gerfsen,Johan,frendhi dan Satya yang nampak suda cukup sesak untuk duduk, dibandingkan kursi sofa yang lain yang diduduki atalah ukurannya jauh lebih kecil namun Masi mampu menampung tiga orang

Sebenarnya Masi banyak kursi yang kosong namun di antara orang-orang itu tak ada yang Maya kenal apalagi saat ini kondisi markas cukup ramai

"Ata"ucap Maya sebelum duduk di sebelah atalah

"Gimana kondisi lo"tanya atalah

"Sorry ata,semalem gue gak maksud usir kamu"ucap Maya pasalnya semalam kondisi Maya kembali seperti orang gila namun saat atalah ingin menenangkannya malah kena semprot dari Maya

"Gak semudah itu"ucap atalah,Maya sampai bergidik Geri mendengar ucapan atalah yang sengaja di slomo kan di telinganya

"Apa"tanya ketus Maya,bahkan triakan Maya mampu membuat semua atensi mengarah padanya

"Lo kenapa may"tanya Johan yang duduk di bagian sudut sofa yang tentu berdekatan dengan Maya walau berbeda dudukan sofa

"Hehe,nggak gue kaget aja ko bisa monyet makan pisang"ucap Maya lalu tertawa garing, yang lain hanya ikut senyap senyup toh apa yang aneh dari monyet yang makan pisang kan sudah makanannya dari zaman nenek moyang hingga sekarang

"Nanti"jawab atalah tanpa memalingkan pandangannya dari layar ponsel

Maya hanya diam pasalnya berbicara dengan atalah memerlukan seribu penyaringan sebelum mengetahui maksudnya,mana ada 'syarat' terus jawabannya 'nanti' seharusnya atalah bilang 'bukan sekarang gue tagih syaratnya nanti aja' tapi mustahil si atalah menjelaskan paling paling langsung pada intinya

DAMAR GRALINO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang