EMPAT

36 4 0
                                    

Riselda merapihkan rambutnya yang terurai diarea leher

Dengan melihat liontin dari kalung yang di kenakan oleh riselda sudah bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di benak damar

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.


Dengan melihat liontin dari kalung yang di kenakan oleh riselda sudah bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di benak damar

"Ino Lo pasti bingung dan banyak pertanyaan di benak kamu"ucap riselda

"Ris,gue tau kalau liontin seperti itu maknanya apa,tapi gue gak ngerti kenapa bisa lo beda keyakinan sama kedua saudara kamu?"sorot mata damar di penuhi tatapan penuh tanda tanya

Dert..derrr,suara benda pipih di saku damar menghentikan percakapannya dengan riselda

"Herlan"ucap damar sebelum menggeser ikon hijau di ponselnya

"Ris gue angkat telepon dulu"ucap damar lalu berjalan lumayan jauh dari posisi riselda terbaring di atas rerumputan

"Amar tolongin gue"panggilan terputus damar sempat mendengar suara bantingan benda di sebrang sana

"Ris gue cabut dulu,bilangin sama abang dan nyokap lo,kalau gue ada urusan"ucap damar,tanpa mendengar jawaban dari riselda damar segera berlari kearah parkiran rumah sakit

"Ada masalah apa si ino"riselda hanya bisa menatap bingung kepergian damar

***

"Gue capek amar"keluh Herlan,damar yang menemukan temannya di halaman rumah kediamannya dengan keadaan tidak berdaya segera mengobati luka di sekujur tubuh sahabatnya. di teras rumah besar layaknya istana kediaman keluarga  artonho

"Amar"panggil Herlan pasalnya dari tadi damar Masi sibuk dengan obat merah dan kapas yang ada di tangannya

"Her,gue bilang juga apa kalau di kasi tugas di kerjain,liat lo di pukul lagi kan"nasihat damar sembari membersihkan darah yang terus keluar dari punggung Herlan akibat cambukan yang tidak berperikemanusiaan

"Ezzzssss... au pelan-pelan dong"ucap Herlan,"gue udah cukup di perbudak sama bokap pas di SMP amar,gue juga cuman manusia bukan robot yang bisa di perintah kapan saja"lanjut Herlan menundukkan wajah

"Lo bukan robot,tapi lo seorang anak her,gak ada salahnya kalau lo turutin Bokap lo"ucap damar sembari merapihkan kotak p3k yang ada di tangannya

"Gue capek amar"keluh Herlan

"Gak perlu seambis pas SMP, cukup Lo kerjain tugas aja"nasehat damar, pasalnya Herlan adalah juara ke tiga paralel saat SMP namun karna sudah lelah dengan buku Herlan mulai terpengaruh dunia luar sehingga ia sering membolos, pergi ke klub malam,menjadi langganan ruang BK. tentu perubahan itu membuat orang tuannya yang haus akan nilai sempurna semakin mengekang fisik dan mental Herlan

"Gak usah di bahas lagi gue capek,kita ke markas aja"ajak Herlan mengalihkan topik pembicaraan

"Lo duluan aja,seperti yang gue bilang pas si kelas gue mau ajak seseorang"Herlan hanya mengangguki ucapan damar pasalnya saat ini ia sangat betmut

DAMAR GRALINO [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum