99

760 193 299
                                    

125 VOTE
150 KOMEN
.
.
.

Sebuah momen yang Jimin harapkan akan terjadi di hidupnya kini terwujud. Bagaimana adik kecil kesayangannya itu telah kembali, berpijak pada kedua kakinya yang kuat dan tersenyum bergitu cerah.

Jimin tak pernah menyangka hari ini akan datang, nyata dan bukan hanya imajinasi semata. Ara berdiri di hadapannya, terlihat sehat dan semakin cantik sejak terakhir kali dia menemuinya dua tahun yang lalu di Jepang.

"Kau pulang," ucap Jimin penuh haru dengan kedua tangan membentang.

Ara mengangguk penuh semangat dengan mata yang tiba-tiba saja mengembun. "Oppa, aku merindukanmu," ujarnya menghamburkan tubuh pada pelukan sang kakak.

Jimin mendekap tubuh adiknya itu erat, mencium harum rambut panjang Ara yang beraroma stroberi. "Oppa juga sangat merindukanmu, Ra-ya. Kau baik-baik saja, hm?"

"Ya aku baik," ucap Ara mengurai pelukan mereka dalam tangis bahagia.

"Jadi, apa yang terjadi dengan rubah kecil nakal ini." Jimin mengalihkan pandangannya pada Bora yang sejak tadi bersembunyi di balik tubuh Ara. "Appa-mu akan menghukummu jika tahu kau pergi ke Jepang tanpa izinnya."

Bora memandang Jimin memelas, berharap Jimin tak membocorkan rahasia ini. "Samchon-ku yang baik hati, jangan adukan pada Appa ya?"

Jimin menjewer telinga Bora main-main, menegaskan dia gemas sekali dengan tingkah gadis itu. "Nakal!"

Bora berlari menjauh dengan senyum membentang, menjaga jarak aman sampai mereka memasuki mobil dan meninggalkan bandara.

Sebenarnya, banyak fakta yang kini berkelindan di otak remaja Bora, sedikit banyak dia cukup mengerti sekarang. Bagaimana jawaban Ara saat dirinya bertanya tentang Haru, bagaimana ucapan Jesica tentang hubungan Yoongi dan Ara yang katanya sudah bercerai, dan bagaimana sang ayah terpuruk selama ini sementara Ara tampak bahagia dengan keluarga barunya. Bora ingin menampik fakta tersebut dan berharap bisa merajut bahagia bersama Yoongi dan Ara saja dalam ikatan keluarga seperti dulu. Namun, bisakah itu terjadi?

***

Mobil yang dikendarai Jimin kini memasuki basemen apartemennya. Mau tak mau, pria itu sejak tadi terus mengalihkan pandangannya, menatap ke arah belakang mobil dari arah spion tengah guna melihat Ara. Tak dapat dipungkiri, pertemuan Ara dan Yuna untuk pertama kalinya setelah kejadian itu membuatnya begitu resah.

"Apakah tidak apa-apa jika ...." Jimin menggantung ucapannya. Dia jelas menyadari suara Ara yang menghilang sejak jarak mereka semakin dekat dengan apartemennya.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Lagi pula sudah lama aku tak bertemu dengan Yuna Eonnie, aku juga belum pernah bertemu Junkyu," ucap Ara meyakinkan, Junkyu di sini adalah anak Jimin dan Yuna yang baru berusia tiga tahun. Bora yang duduk di sampingnya sedikit mengernyitkan dahi bingung.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Jimin mengangguk paham, berdeham canggung sebagai tanda pembicaraan Yuna cukup sampai di situ karena keberadaan Bora di sana.

"Jadi apa yang Bora bawa? Apa itu hadiah untuk Junkyu?" tanya Jimin menunjuk tas besar yang di bawa Bora, kini ketiganya berjalan menuju unit apartemen Jimin.

Gadis kecil itu mengangguk. "Tadi Eomma membelikan di bandara dan aku yang memilihnya, ini mobil-mobilan yang bagus Junkyu pasti suka.

"Wah terima kasih Bora Noona," ucap Jimin seraya tertawa sementara jarak mereka dengan unit Jimin semakin dekat. Ah tahukah mereka bahwa keringat dingin mulai muncul di dahi Ara?

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang