12

828 138 24
                                    

Komen yang banyak ya
.
.
.

)❥❥❥ 𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰 ❥❥❥(

Sudah seminggu ini Ara kerap kali dihinggapi kesialan, dan hal tersebut tampaknya belum akan berakhir. Siang tadi  Park ssaem selaku wali kelasnya memanggil ke ruang guru, menanyakan tentang dirinya yang tidak masuk sekolah tanpa surat keterangan kemarin.

"Lim Ara kau ini sudah tingkat akhir, bukannya giat belajar untuk suneung (ujian masuk universitas) nanti, malah malas-malasan. Mau jadi apa kau, eoh?"

Mau jadi istri seorang CEO, batin Ara asal.

Namun, alih-alih menjawab seperti itu Ara hanya menunduk lantas berkata dengan jujur bahwa dia terlambat bangun dan tidak mungkin pergi ke sekolah, cuaca buruk hari sebelumnya membuat dia terkena flu. Atas kebohongannya perihal flu tersebut Ara diganjar hukuman membersihkan WC, uh menyebalkan sekali.

Rasanya percuma Ara mengumpat dan menggerutu saat menggosok lantai WC berwarna abu-abu itu. Jam makan siang hampir habis dan Park ssaem baru saja membebaskannya lima menit sebelum jam istirahat itu berakhir.

Lelah, kesal dan lapar membuat wajahnya tertekuk masam.
Sialan! Lima menit lagi ini, memangnya aku tidak boleh makan siang ya?

Kalian percaya quote, semua akan indah pada waktunya? Mungkin ini sejenis  kelonggaran dari kesialan bertubi-tubi yang Ara dapatkan. Seorang siswa laki-laki mendekat, menepuk pundaknya dan menyapa ceria.

"Annyeong, Noona!" Itu Jisung, lelaki imut yang tergabung dalam kelab basket, dia cukup populer di kalangan para siswi, "aku lihat kau baru dibebaskan dari hukuman membersihkan WC oleh Park ssaem ya?" Siswa lelaki itu berkata dengan nada turut berduka cita melihat Ara yang tampak kelelahan, "mn ... terimalah ini, aku sengaja tak memakannya untukmu." Lelaki itu menyodorkan kotak makanan setelah membuka tutupnya.

"Wow kimbap," seru Ara antusias, tangannya langsung mengambil dua potong lalu memasukan makanan itu di kedalam mulutnya, "hmm ... enak sekali," ucap Ara dengan mulut penuh. Pokoknya dalam waktu lima menit ini dia harus makan banyak, agar otaknya bisa dipakai berpikir karena akan ada kuis matematika di jam selanjutnya.

Jisung tersenyum, tampak senang Ara menyukai makanannya, lantas berpikir mungkin ini saat yang tepat untuk mengatakan sesuatu. "Noona, akhir pekan ini kau ada waktu tidak?"  tanya Jisung malu-malu dan  pertanyaan tersebut sukses membuat Ara menghentikan kunyahannya.

Aneh, itulah kata yang terbesit dalam otak Ara. Jika ada Bora yang akhir-akhir ini selalu ingin menempel padanya, maka orang pertama yang seperti itu adalah Jisung. Padahal Jika ditilik ke belakang, awal mula dia bisa dekat dengan adik kelasnya ini hanya karena saat itu Jisung dipermainkan oleh Hyunjin–teman seangkatan Ara.

Tidak kok, Jisung tidak sampai di-bully saat itu. Hyunjin itu memang pribadi yang sangat jahil dan melihat adik kelas manis nan pemalu seperti Jisung, jiwa isengnya saat itu seolah menyala.
Ara juga sebenarnya tak berniat menolong. Dia hanya kasihan melihat Jisung yang hampir menangis karena ulah Hyunjin, jadi terpaksa Ara ikut campur dengan memukul kepala Hyunjin menggunakan nampan makanannya yang belum terisi.

Hyunjin tak marah saat itu, ia hanya balas memukul Ara dengan sendok, dan sekarang pun sikap mereka ya biasa saja. Benar-benar bukan hal yang besar, tapi tak tau kenapa sejak saat ia berkata, Hei, kau! Jangan menunduk dan diam saja kalau ada yang jahil padamu! Tidak peduli dia senior atau siapa pun, kau tak boleh hanya diam saja begitu! Mengerti? Jisung seolah melihat Ara sebagai Dewi penolong sekaligus cinta pertamanya.

Jisung dulu memang tak sekeren dan sepopuler sekarang ini. Dulu dia hanya murid kelas sepuluh pemalu yang kerap kali menjadi sumber kejahilan banyak orang. Namun, sejak libur kenaikan kelas, Jisung kembali dengan hal yang baru. Pubertas menamparnya begitu keras, entah siapa yang mengubahnya menjadi seperti itu, pokoknya tampan sekali. Namun satu hal, sejak saat itu Jisung memang selalu ingin berada dekat-dekat dengan Ara.

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Where stories live. Discover now