80

880 168 164
                                    

Hmmmm pelan2 aja bacanya

.

.

.

Tadi, Ara sengaja memperlambat acara makannya, kemudian memaksa membasuh peralatan bekas makan malam walau Bibi Liu sudah melarang. Setelahnya, ia juga mengajak Yoongi menyesap teh hangat di halaman belakang, membicarakan banyak hal yang sebenarnya tidak penting. Lihat, kali ini Ara sedang menunjuk-nunjuk langit membicarakan tentang rasi bintang sementara Yoongi sejak tadi memperhatikan saja bagaimana gadis itu bertingkah.

Ada satu dua hal yang menggelitik hati Yoongi, dari bagaimana cara bibir Ara tak berhenti berbicara dan tertawa dengan seringai yang tidak mencapai mata, dari bagaimana binar bulatnya berkedip terlalu cepat. Pria itu sangat tahu jika sang istri sedang dilanda gugup yang luar biasa.

Merasa sudah cukup meladeni tingkah sang istri, Yoongi mengulas senyum sebelum beranjak dari duduk seraya mengulurkan tangannya.

"A-ahjussi?" cicit Ara dengan nada bertanya. Dia yang sejak tadi membicarakan tentang rasi bintang tiba-tiba terkesiap kala menatap uluran tangan sang suami, hati kecilnya tahu bahwa sudah saatnya dan tak ada gunanya terus mengulur waktu.

Mau tak mau Yoongi kembali menyaksikan bagaimana gadis itu menelan salivanya lamat saat tangan mereka akhirnya bertaut dengan Ara ikut berdiri.

"Queen, bukankah aku sudah bilang tadi jika aku menginginkanmu?" ucap Yoongi blak-blakan.

Dan tak membiarkan gadis itu menjawab, Yoongi tiba-tiba saja menggerakkan tangannya, membiarkan tubuh mereka berbentur tak berjarak dan mulai memberikan ciuman penuh hasrat. Terkesan buru-buru, tetapi kemudian berubah lembut dan begitu dalam sehingga Ara tak kuasa menolak meski risi karena mereka melakukannya di ruang terbuka.

Entah untuk berapa lama keduanya tersesat, kepala mereka bergerak ke kiri dan kanan seolah terus penasaran untuk menggali kenikmatan pada gerakan intens dalam tautan bibir, hingga kegiatan itu dengan terpaksa harus terhenti tatkala pasokan oksigen di antara kedunya menipis.

"Ahjussi kita sedang di taman belakang," ucap Ara tersengal saat kewarasannya kembali. Tangannya mulai sibuk ingin melepaskan tangan Yoongi yang mendekap tubuhnya erat, "kalau Bibi Liu melihat bagaimana?" tanyanya khawatir.

Terlihat, Yoongi hanya tertawa sebelum berbisik, "Bibi Liu tadi izin keluar kalau kau lupa."

"Uh huh!" pekik Ara, terlalu bingung untuk bereaksi yang mana karena Yoongi kini membenamkan wajah pada lekukan lehernya, di mana otak gadis itu kembali berkabut tatkala merasakan klaim demi klaim yang Yoongi daratkan dalam setiap kecupan di sana.

"Ah ... jussi ...," rengek Ara menggigit bibir bawahnya, antara nikmat dan takut jika Bibi Liu akan datang kapan saja di sana sementara tubuhnya berdesir hebat akan rangsangan memabukkan itu.

"Ahjussi ...," rengekan kedua dari Ara akhirnya berhasil menghentikan apa yang sedang Yoongi lakukan.

"Baiklah, kalau kau khawatir, kita lanjutkan di kamar kalau begitu."

Ara mengangguk saja, mengikuti ke arah mana Yoongi menuntun tubuhnya.

Cuaca malam ini cerah, di mana langit tanpa awan sedang menghamparkan ribuan bintang yang kerlipnya kalah cepat dari degup jantung Ara yang menggila. Tidak ada celah untuk kabur dan gadis itu menguatkan diri saja, toh Yoongi suaminya, sudah berjanji akan membuat ia bahagia bahkan sudah berkali-kali menyatakan kesungguhan cintanya. Jadi apa yang harus Ara khawatirkan lagi?

Kamar yang mereka tempati cukup nyaman, ranjang besar yang berada di tengah ruangan tampak bagus dan tidak berdecit saat Yoongi memeriksanya tadi siang saat Ara tertidur. Untuk urusan itu, tentu Yoongi sudah mengaturnya dengan sempurna. Bagaimana Bibi Liu yang selepas makan malam meminta izin keluar beralasan ingin bertemu teman-temannya, jelas ada keterlibatan Yoongi di sana. Tak di Busan, di Daegu pun jadi, begitu pikir Yoongi.

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon