68

719 165 92
                                    

BONUS...sok kencengin votenya yach

JANGAN DILEWAT vote part sebelumnya ya

=======

Mana yang akan kalian pilih? Menjadi seseorang yang ditinggalkan atau menjadi seseorang yang meninggalkan? Ara sudah sangat terbiasa dengan perasaan ditinggalkan karena orang-orang yang berada di sekitarnya mempunyai kecenderungan untuk pergi tanpa memedulikan bagaimana perasaannya.

Dan rasa ketakutan akan ditinggalkan itu kembali menyeruak, setelah mengalami kejadian yang berat di penghujung hari ini. Tuhan tampaknya belum membiarkan Ara untuk sedikit saja menghela napas lega, karena saat ini dirinya harus berlari di sepanjang koridor dengan dinding putih yang beraroma disinfektan begitu menyengat.

Lagi-lagi hatinya mencelus sempurna tatkala mendapatkan berita tentang sang ibu yang mengalami kecelakaan, tepatnya tertabrak sebuah mobil sedan di mana supirnya diduga mabuk saat menyetir.

Mau tak mau mereka mengesampingkan masalah yang sedang dihadapi untuk sesuatu yang lebih mendesak seperti ini. Ara pergi bersama Yoongi, sementara Jimin pergi bersama Yuna dan keempatnya kembali dipertemukan, tetapi kali ini di depan ruang operasi dalam keadaan khawatir akan keadaan Minkyung.

"Oppa, apa yang terjadi?" tanya Ara merangkul sang kakak, tubuhnya gemetar karena benar-benar takut. Ara masih berada di kamar mandi saat Jimin menghubunginya dua puluh menit lalu.

Jimin menghela napas panjang tatkala melihat wajah Ara yang tampak tegang bercampur khawatir, lantas ia menuntun Ara untuk duduk di kursi terdekat.

"Ibu tertabrak mobil, bagian kakinya harus dioperasi. Tidak apa-apa kau tenang, ok. Semuanya akan berjalan baik."

"Eomma pasti terlalu banyak pikiran sampai ceroboh seperti itu. A-aku ... takut Oppa." Gadis itu menunduk dengan jari teremat di atas paha. Dadanya benar-benar sesak saat ini.

"Berdoa saja, eomma pasti akan baik-baik saja." Jimin tidak bisa menenangkan Ara lebih jauh karena perasaannya pun kini campur aduk terlebih saat dirinya akan bertolak ke apartemen Yuna. Minkyung tampak akan membicarakan sesuatu, tetapi tertahan karena dia membiarkan Jimin pergi.

"Ini, minumlah dulu." Yoongi yang beberapa saat lalu berinisiatif untuk membelikan minuman sementara Ara berbicara dengan Jimin sudah kembali. Wajahnya pun sama kacaunya, tetapi mencoba menguatkan sang istri agar tidak terlalu khawatir.

"Ahjussi ... aku takut." Kali ini Ara membenamkan tubuhnya dalam dekapan Yoongi yang segera direspons gerakan lembut di punggung sang gadis.

"Semua akan baik-baik saja, kau tenang ya."

Ara tak dapat menampik perhatian yang Yoongi berikan padanya saat ini, pelukan penuh afeksinya benar-benar telah mengalahkan dekapan ternyaman milik Jimin karena selain tenang, Ara juga merasa punya kekuatan dan yakin bahwa semua akan baik-baik saja.

Tak banyak yang berinteraksi, bahkan Yuna dan Yoongi hanya saling menatap sekilas walau sang wanita jelas ingin bertanya lebih jauh perihal anak mereka. Lampu hijau di atas pintu ruang operasi masih menyala, menandakan bahwa kegiatan tersebut masih berjalan. Ara larut dalam doa, dan Jimin tampak gusar dengan melipat kedua tangannya di depan dada, sementara kakinya terus bergerak gelisah.

Lalu, seakan penantian mereka terbayar, seorang wanita berpakaian hijau keluar dari sana, menurunkan maskernya dengan wajah serius. "Pasien mengalami syok hipovolemik, kami membutuhkan donor darah dari keluarga pasien. Keluarga pasien ikut aku segera."

Syok hivopolemik adalah kondisi gawat darurat akibat hilangnya darah atau cairan tubuh dalam jumlah besar, sehingga jantung tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini harus segera ditangani guna mencegah kerusakan organ yang bisa berdampak kematian.

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Where stories live. Discover now