83

839 165 78
                                    

Dear  Readernim, maaf ya kalo di lapak ini aku bikin rules. Agar nyaman aja gitu nulisnya. Apalagi target votenya cepet banget terpenuhi. 

Mohon maaf kalo ada yang kesinggung dengan sikapku. 

Aku masih penulis kecil yang sangat butuh apresiasi dari kerja keras. 


Target tetap 110 ya, komen yang banyak yuk biar makin SEMANGAT AKU NULISNYA HEHE
.
.
.

Mata cantik Ara terlihat basah, siap menangis ketika membaca hasil test DNA yang tengah dipegangnya. Untuk beberapa hal ia merasa sangat lega, bahwa ia bukanlah anak dari hasil perselingkungan Sangjun dan ibunya. Namun di sisi lain, kenyataan bahwa ia bukan anak dari Sangjun dan Minkyung terasa amat menyedihkan juga. 

Entahlah, Ara benar-benar tak bisa menentukan perasaannya lebih condong kemana. Kesedihan dan rasa lega terasa berebutan menarik seluruh emosinya.

Masih di area bandara, ketika Ara begitu tak sabar untuk mengetahui hasil test yang telah dilakukan Sangjun, Ara hanya bisa menunduk, membungkukkan posisi duduknya, berusaha keras untuk tidak meremas kertas berlogo rumah sakit Busan itu. Ia bisa merasakan bahunya diusap lembut, bersama suara sang ayah yang ingin menenangkan dirinya.

"Sebentar Appa, biarkan emosiku stabil terlebih dahulu," pintanya lirih.

Ara tak mau diganggu, tetapi tidak menolak ketika tangan besar Yoongi mengenggam tangannya, justru Ara membalas tautan itu dengan sangat erat, seolah ingin menyampaikan kacaunya hati yang tengah ia alami. Ara butuh Yoongi, tetapi tidak butuh pelukannya saat ini. Baik Sangjun dan Yoongi berusaha mengerti bahwa itu tentu tidak mudah bagi Ara, dan membiarkan gadis itu mengontrol emosinya selama hampir satu jam menjadi pilihan mereka saat ini.

Lalu ketika Ara akhirnya tenang, bisa duduk dengan tegak meskipun disertai embusan napas berat berulang kali, barulah Sangjun memeluk putrinya, mengusap punggung sempit sang gadis dan membisikkan banyak kalimat penenang.

"Ini pasti sangat berat untukmu. Maafkan Appa karena bertahun-tahun pergi dan tidak menemani putri cantik Appa ini. Meskipun kau anak Yeongsan dan Sooyoung, kau tetap putriku, sejak Appa membawamu ke Seoul. Appa sangat menyayangimu, bukan hanya karena kau anak dari Sooyoung, tetapi karena kau adalah cantiknya Appa, dunia Appa. Maafkan Appa, Ra-ya."

Ara ingin sekali menangis, tetapi lakrimalisnya seolah kering, padahal matanya sudah sangat perih dan memerah. Dalam pikirannya, Ara hanya bingung, apa yang harus ditangisi karena semua telah berlalu, seperti mimpi buruk yang hilang saat kita terbangun di pagi hari. Ya, mungkin karena pemikiran itu Ara bisa bertahan sampai detik ini. Segala sakitnya, ia anggap tak pernah ada, meskipun bekasnya sangatlah terasa.

"Appa, aku baik-baik saja, dan tentu aku masihlah anak Appa. Sejak kecil yang aku tau hanya Sangjun appa dan Minkyung eomma. Kedua orang tua kandungku, pasti meninggalkanku sendirian agar bisa menjadi putrimu."

"Jika Sooyoung melihat kau tumbuh sekuat ini, betapa bangganya dia. Mungkin Sooyoung akan pamer pada seluruh dunia, bahwa dia punya seorang putri yang sangat cantik dan juga kuat."

Ara melepaskan pelukan, tersenyum lembut menggenggam kedua tangan besar Sangjun. "Appa, apa kau tidak ingin pamer pada dunia? Kau bilang aku putrimu, apa kau juga akan pamer pada semua orang bahwa kau memiliki putri yang cantik sepertiku?" tanya Ara berseloroh, tetapi bukannya Sangjun yang menjawab, justru Yoongi yang menyela lebih dulu.

"Tidak boleh! Jika Si Abeoji memamerkanmu pada dunia, mungkin aku harus mengurungmu di dalam rumah, tidak akan membiarkanmu dilihat oleh siapa pun."

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum