9

819 138 17
                                    

)❥❥❥ 𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰 ❥❥❥(
.
.
.

"Eomma!" Ara itu memang ajaib, karena tangis pilu Bora segera tergantikan senyum cerah sesaat gadis itu masuk ke kamarnya. Ah sial, hati Ara jadi menghangat atas reaksi sederhana itu.

Barang kali, diam-diam anak kecil itu sudah menempati sudut hati Ara karena merasa dibutuhkan.

Ara melenggang ke dalam kamar sementara gadis kecil itu menghambur memeluknya. Namun, jangan lupakan Jessica yang tampak tidak suka menatap kedatangannya kembali ke sana.

Jessica merasa gadis sampah itu menikung jalannya untuk memenangkan hati Bora.

"Hm, Sica imo dan Go imo, lebih baik kalian di luar saja ya. Aku ingin berdua saja dengan Eomma."

Go imo segera menuruti kehendak Bora sementara Jessica tampak enggan. "Bora benar tidak mau Aunty di sini?"

Bora mengangguk.

Cukup tercengang dengan respons gadis kecil itu, Jessica segera menjingkatkan pundak seraya tersenyum teduh. "Oh baiklah, tapi ... appa menyuruh Aunty tetap di sini, takut terjadi apa-apa." Mata cantiknya melirik curiga pada Ara, seolah gadis itu membawa virus mematikan pada saku rok sekolahnya.

Bora menjingkatkan pundak dan sedikit mencebik. "Ya terserah saja sih, tapi Imo jangan marah ya kalau aku tidak mengajak bermain."

Jessica kembali menatap Ara, kali ini terlihat terang-terangan tidak suka.

Masa bodohlah, yang penting aku punya uang banyak kali ini, batin Ara jelas peka dengan tatapan tak bersahabat yang Jessica tunjukkan.

"Eomma jadi tinggal di sini? Jangan pergi lagi ya. Pokoknya aku akan jadi anak baik," ucap Bora dengan mata berbinar, "oiya, aku akan tunjukkan Elmo padamu." Gadis kecil itu menuntun Ara ke arah balkon yang berupa taman kecil asri meninggalkan Jessica yang tampak kesal.

Dalam kolam penuh bebatuan terdapat kura-kura Brazilia yang cukup besar, kira-kira dua kepal tangan Ara.

"Nah ini Elmo, liat deh matanya seperti Eomma, kan?" Tunjuk Bora, Ara sedikit mengernyit ketika kura-kura bernama Elmo itu menatapnya.

Astaga, sebengkak itu ya mataku?
Ara hanya mengangguk-ngangguk, mengiyakan saja supaya cepat. Sementara tak jauh dari sana, tampak Yoongi sedang melinting lengan kemejanya, lalu berkacak pinggang menatap interaksi anaknya dan si gadis sampah.

Menurut pria itu, Ara lumayan juga, lumayan membantu menenangkan Bora maksudnya. Anak kesayangannya itu terlihat nyaman bersama si gadis liar,  walau memiliki perangai yang jelas sampah sekali.

Astaga, Yoongi sampai memikirkan mantan istrinya dulu. Tentang bagaimana jikalau Yuna tak pergi meninggalkan mereka? Bora pasti tidak akan kesulitan seperti sekarang ini.

Ah barang kali itu nasib sial yang harus dilalui, Yoongi bahkan tak mengerti kenapa Yuna begitu saja meninggalkannya dan sang putri.

"Appa!" Terdengar Bora memanggil namanya, lantas membuat tanda hati dengan kedua tangan terangkat ke atas, Yoongi terkekeh membalas dengan gerakan yang sama.

Mau tak mau Ara ikut tersenyum, kali ini tulus. Tempo hari sewaktu kecil, dia juga pernah melakukan hal manis seperti itu dengan sang ayah. Pandangannya lantas bergulir ke arah Bora, menatap senyum secerah mentari si rubah kecil. Diam-diam Ara mendoakan, agar senyum itu tidak akan pernah hilang dari wajah chubby-nya.

Semoga ayahmu akan selalu sayang padamu, rubah kecil.

Tampaknya Ara harus bersyukur karena di balik kesedihan dan kemarahan hari ini, setidaknya Tuhan mengabulkan satu hal—selain dompetnya yang tiba-tiba menebal– hujan deras itu tak kunjung berhenti menjelang malam dan kabut mulai turun, ia hanya perlu berbohong sedikit pada Jimin, jika ia terjebak hujan di rumah temannya dan akan bermalam di sana. Yah, sepertinya itu terdengar sangat baik.

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Where stories live. Discover now