37

688 127 43
                                    

Maaf ya aku pengen update lagi hahaha


Apa masih ada yang belom follow aku? Yuk follow yuk. Walo tulisanku belom sebagus para suhu per-FF-an, cerita-ceritaku alurnya pada lumayan kok. Hayu difollow wkwkwkwk.


BTW ada yang mampir ke mari gara-gara TIKTOK ga sih?

.

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat Ara keluar dari kamar Bora. Gadis kecil itu sudah tertidur setelah sang ibu ikut menemaninya mengerjakan tugas sekolah, meminum susu dan membacakan cerita.

Ara menarik napas panjang, seraya mencuci gelas susu bekas Bora. Suasana apartemen tampak hening karena Go imo tadi sore tiba-tiba izin pulang ke kampung halamannya karena ada anggota keluarga sakit, Yoongi pun sama, dia memberi kabar akan pulang malam karena tadi siang jam kerjanya terpakai oleh kunjungan sekolah.

Sejemang, ara duduk di sofa ruang TV, menyapukan pandangan pada sekeliling ruangan. Dia masih saja belum merasa lebih baik dari kejadian hari ini. Ah, siapa yang menyangka bahwa bertemu dengan Bora akan membawa dirinya pada nasib seperti sekarang ini?

Beberapa orang mungkin senang karena akhirnya dapat merasakan fase kebebasan finansial yang menjadi impian hampir setiap orang. Ara tidak dapat menampik, hal itu benar adanya walau ada hal besar yang ia pertaruhkan seperti rasa cintanya. Namun, kenyataan bahwa Yoongi membawanya terbang terlalu tinggi benar-benar menamparnya. Ara lupa pada hierarki dalam tatanan masyarakat Korea, walau berada dalam lingkungan yang sama, menghirup udara yang sama, tetap saja si kaya dan si miskin bagaikan minyak dan air dalam satu wadah, tidak pernah bisa bersatu.

Gadis itu berdiri, menggerakkan tubuh ke kiri dan kanan guna meregangkan ototnya yang kaku. Sedetik lalu dia sudah memutuskan untuk membawa buku dan mengerjakan tugas sekolahnya di sana, tak peduli jika Yoongi tidak suka karena meja ruang keluarganya menjadi berantakan, suruh siapa belum membelikan Ara meja belajar.

Ara memilah buku-buku pelajarannya dalam koper di salah satu sudut ruangan di kamar luas milik Yoongi. Ya, pria itu memang belum menata ulang kamarnya, tidak juga memberikan Ara akses untuk mengerjakan semua tugas sekolah di ruang kerjanya. Ara cukup kesulitan sebenarnya, mengingat dia tidak mengikuti hagwon—les tambahan—untuk persiapan suneung—tes ujian masuk universitas—nanti di sekolah.

Sore tadi, setelah Go imo pamit, Ara sedang bermain dengan Bora. Gadis itu sangat senang melihat bagaimana celoteh ceria si rubah kecil yang berkata bahwa temannya yang bernama Jessica tidak lagi mengolok-olok Bora karena tidak punya ibu, tetapi belum sempat Ara menanggapi, benda pipih miliknya bergetar.

Tak main-main, yang menghubungi Ara dan memberitahukan tugas sekolah hari ini adalah wali kelasnya sendiri—Park ssaem— dan Ara merasa tidak nyaman karenanya. Ara tau bagaimana idealisnya sang wali kelas dan tampaknya kekuasan Yoongi mau tak mau membuatnya bertekuk lutut pada hierarki. Lim Ara, istri dari pemilik sekolah mau tak mau harus diberikan privilese.

Membuka buku, walau matanya sudah sangat mengantuk. Ara mulai mengerjakan tugasnya. Dia bertekad akan lulus dengan nilai baik dan mengubah dirinya menjadi Lim Ara versi terbaik.

Sementara itu, sepertinya hari sudah kelewat malam saat Pak Kwon memarkirkan roda empat Yoongi di basemen. Ya, Yoongi meminta pria paruh baya itu untuk mengantarnya pulang. Tumpukan berkas yang harus dia periksa hari ini banyak sekali dan membuatnya kelelahan.

"Pak, kau bawa mobil yang besar saja untuk pulang sekarang, besok pagi antarkan Ara dan Bora ke sekolah. Aku sepertinya akan telat masuk kantor karena hari ini lelah sekali," perintah Yoongi sebelum keluar dari mobil.

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang