78

843 175 106
                                    

Masih 100 vote ya. Ramaikan komen dong biar cemumuth.
.
.
.


Yoongi tengah merasakan kepalanya panas dengan dada menggelegak menahan amarah saat harus berhadapan dengan sosok pemuda tengil satu ini. Dalam hati ia sudah memaki, mengutuk, bahkan menyumpahi Hyunjin saking kesalnya. Agaknya ia menyesal juga karena pernah menuruti permintaan Ara untuk memberikan beasiswa jika tau betapa merepotkannya pemuda ini.

Dia sebal karena ditinggal berdua di ruang tamu, di mana Ara dan ayahnya tengah menyiapkan makan malam di dapur. Gadis itu melarangnya ikut membantu karena Ara bilang tak mau waktu berdua dengan sang ayah terganggu. Namun, jika tau berdua dengan Hyunjin membuat darah tingginya naik begini, lebih baik dia pulang saja, tetapi berpikir lagi jika nanti dia pulang dan Ara harus berdua dengan pemuda menjengkelkan ini, rasanya memang lebih tepat melatih kesabaran saja.

"Apa kau tidak mau pulang?" tanya Yoongi sarkas, memicing sengit pada Hyunjin yang tengah berbaring di sofa dan bermain game, berisik sekali.

"Tidak, aku tidak bawa mobil."

"Ara bilang kau sekarang jadi model, minta saja manajermu menjemput."

"Tidak ah, aku masih menyiapkan mental untuk mendengar ceramah noona manajer. Dia kalau bicara, kadang lupa berhenti, Ahjussi."

"Jangan panggil aku Ahjussi!" ujar Yoongi tak senang. Entahlah apa yang salah, karena selain merasa ahjussi adalah panggilan sayang dari Ara, semua tingkah Hyunjin tak ada yang benar di matanya.

"Lalu aku harus memanggilmu apa?" tanya Hyunjin heran, tetapi masih tidak berpaling dari ponselnya untuk sekadar menatap Yoongi yang duduk di seberang sofanya. "Tidak mungkin kan aku memanggilmu Yeobo? Aih Ahjussi, permintaanmu terlalu berat. Bagaimana bisa kau memintaku memanggilmu begitu. Aduh, aku merinding."

Yoongi menahan napas, hampir jantungan akibat ucapan Hyunjin yang terlewat ngawur. "Memang siapa yang menyuruhmu memanggilku begitu, eoh?! Menjijikkan."

"Yak, kan Ahjussi sendiri yang menolak aku panggil Ahjussi."

"Ya bukan berarti kau memanggilku begitu, bocah! Kau ini berbakat sekali membuat orang marah!"

Hyunjin terkekeh, mematikan ponselnya karena sudah memenangkan game-nya. "Ahjussi, bagaimanapun ini rumah mertuamu, kau seharusnya menjaga sikap dan tidak berteriak seenaknya begitu."

Yoongi ingin mencakar tembok rasanya, bicara dengan Hyunjin seolah melempar boomerang yang akhirnya tetap akan mengenai dirinya sendiri. Maka ia menghela napas, mencoba bersabar dan akan menahan lidah untuk tidak mengajak Hyunjin bicara.

"Ahjussi," panggil Hyunjin dan Yoongi hanya diam seokah tak mendengar apa pun. Pria itu memilih untuk mengecek beberapa email yang masuk melalui akun pribadinya.

"Ahjussi um ... maksudku Tuan Min, terima kasih."

Yoongi yang tengah fokus, langsung melongo mendengar nada suara Hyunjin yang tiba-tiba lembut. Pemuda itu terlihat tulus ketika bicara, bersama senyuman tipis pertanda ucapan terima kasihnya dari dalam hati. Yoongi sudah akan luluh, tetapi mengingat berapa banyak Hyunjin telah membuat dirinya emosi, ia jadi memicing curiga sekarang.

"Hah? Kenapa tiba-tiba kau berterima kasih?"

Berganti Hyunjin yang bingung dengan raut wajah Yoongi yang penuh curiga. "Tuan Min, ada apa dengan raut wajahmu itu? Aku hanya berterima kasih, tetapi kau terlihat antisipatif sekali padaku."

"Kau masih bertanya?" ucap Yoongi terkekeh remeh. "Tidak pernahkah ada yang berkata, seberapa menjengkelkannya dirimu?"

"Tentu saja banyak," jawab Hyunjin tak merasa bersalah. "Teman-temanku selalu bilang aku ini menjengkelkan, tetapi mereka tidak pernah menjauh dariku tuh."

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Where stories live. Discover now