🐑 53

1K 18 14
                                    

"Aku ikut ya?"

Altra kembali menggeleng di saat Stella memaksa ikut untuk bertemu Arshan. Bukan karena apa, tapi hari sudah mau malam dan seharian ini Stella disibukkan oleh kegiatan sekolah tanpa istirahat.

"Nggak boleh, di rumah aja nanti gue beliin makanan, oke?" ucap Altra sembari mengenakan jaketnya.

"Nggak mau, aku mau ikut aja!" bantah Stella sembari menggoyangkan lengan suaminya.

"Banyak cowok, Sayang," balas Altra sembari mencubit gemas pipi istrinya.

Perempuan itu mencebikkan bibirnya dan menatap suaminya begitu kesal, "Kan ada kamu, bosen tau di rumah terus!" adunya.

Altra membuang napas, sembari mengusap kepala Stella, "Yaudah pakai jaket, kita bentar aja perginya soalnya lo seharian nggak istirahat."

Stella tersenyum puas, ia memberikan salam hormat pada Altra dan berlari kecil menuju kamarnya untuk mengambil jaket.

Tingkah Stella membuat Altra tergelak sembari menggelengkan kepalanya. Sembari menunggu istrinya yang tengah bersiap, Altra membuka pesan dari Arshan yang sudah dari kemarin sengaja Altra abaikan.

Hanya satu pesan dari Arshan berupa voice note yang berdurasi 3 menit.

"Tumben ngomong panjang? Jadi penasaran dia ngomong apaan," gumam Altra yang masih belum memudarkan senyumnya. Cowok itu lantas menempelkan ujung ponsenya di telinga untuk mendegar suara Arshan.

"Altra, gue tau lo nggak akan buka pesan dari gue, tapi gue harap lo nggak ngehapus pesan ini. Tapi kalau udah lo dengerin, gue bakal seneng banget sih. Emm ... gue bingung mau ngomong dari mana, karena lo tau sendiri gue nggak pernah banyak omong. Eh, tapi sebenernya nggak gitu ... gue, cuma pengen keliatan nggak peduli itu karena kalau suatu saat nanti ingatan lo balik lagi dan lo kembali benci gue--gue bakal terbiasa."

Suara Arshan seketika membuat hatinya tersentuh, bahkan mata Altra sudah berkaca-kaca.

"Tapi nyatanya gue nggak bisa buat terbiasa Al, di saat lo sekarang beneran benci sama gue. Tapi Al, meskipun begitu, gue minta jangan pernah benci sama Ayah kita ya? Dia itu Ayah yang baik dan hebat, lo harus tau itu. Satu lagi, gue mau ngucapin banyak makasih buat lo karena udah jadi sahabat baik buat gue, lo yang selalu bikin gue nahan ketawa bahkan sampai kelepasan, setelah gue sadari gue lagi dihibur adek gue sendiri."

Jemari Altra bergerak meremas jaket kulitnya, diseratai rasa sesak yang semakin mendalam. Entah kenapa Arshan terasa semakin jauh, padahal sebentar lagi ia akan memberi kejutan di rumahnya.

"Terakhir, gue ngerasa seperti seorang pengecut karena terkesan lari dari masalah. Iya, setelah gue pikir-pikir untuk kebaikan di masa mendatang, gue mau pindah jauh dari sini. Gue nggak mau tangan lo kesakitan gara-gara mukulin gue terus, maaf gue cuma bisa pamit dari sini ... karena gue tau kalau kita ketemu pasti lo nggak bisa nahan emosi. Sekali lagi gue minta maaf, Altra ... gue harap kalau pulang nanti lo bisa maafin gue. See you my little brother, always happy with your little family."

Altra menjauhkan ponsel dari telinganya, pikirannya mendadak gelisah setelah Arshan mengucapkan kata pamit.

"Pindah?" Altra menggumam sembari meremas ponselnya. Tanpa berpikir panjang, jarinya bergerak menekan ikon telepon di nomer Arshan. Altra berharap Arshan hanya menakut-nakutinya.

Tuutt ....

"Brengsek! Angkat, Anjir!" umpat Altra disertai rasa cemas.

"Altra, kenapa?" tanya Stella yang baru saja kembali ke kamar Altra.

 𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)Where stories live. Discover now