🍂 Flashback 1

1.4K 19 14
                                    

4 tahun yang lalu

"Kamu itu jadi anak yang berguna dikit!"

Gadis bernama Stella itu lagi-lagi hanya bisa membuang napas jengah saat ibunya terus mengatakan kalimat yang sama, dan hampir setiap hari.

"Kamu pikir kalau cuma juara olimpiade, sama jadi model dapat banyak duit?!"

"Terus Stella harus gimana, Ma? Aku masih SMP, umur seusiaku bakal susah cari pekerjaan!" Stella tak tahan lagi untuk terus diam saat ibunya mencercanya.

"Nanti malam kamu ikut mama--mama mau kenalin kamu ke seseorang!" Setelah melontarkan kalimatnya, Sofia lantas beranjak dari ruang tamu menuju kamar.

Stella mengusap air matanya, ia sangat lelah dengan hidupnya. Sang ibu tidak pernah merasa puas apa yang putrinya lakukan, Sofia tak pernah peduli tentang prestasi Stella, yang wanita itu pikirkan hanyalah uang dan uang.

Di saat seperti ini, ia teringat ayahnya. Stella di mata Arga bagaikan putri kecil yang haus akan kasih sayangnya. Namun kini Arga telah memiliki keluarga baru setelah menceraikan Sofia.

"Ayah," panggil Stella setelah teleponnya tersambung pada Arga.

"Halo, anak ayah ... kenapa, Sayang?" Suara renyah dari seberang sana membuat air mata Stella semakin membanjiri pipinya.

"Ayah, Stella kangen ... boleh ketemu?" tanya Stella.

"... Maaf Sayang, ayah baru ada acara di sekolah Kakak kamu," balas Arga setelah beberapa detik terdiam.

"Ayah sekarang lebih sayang sama anak tiri ayah ya?" Suara Stella terdengar putus asa.

"Bukan gitu, Nak ... ini acara penting, dan istri ayah lagi ada acara di luar kota, jadi mau nggak mau ayah harus hadiri rapat sekolah Kakak kamu," jelas Arga mencoba menenangkan putrinya.

Bahu Stella semakin bergetar, ia kembali terisak. Sebelumnya Stella tak pernah seterpuruk ini.

"Sayang? Kamu nangis?" tanya Arga. "Halo?"

Stella lantas mematikan ponselnya dan melemparnya pada meja. Kecewa sudah pasti, ia merasa semua yang ia punya satu per satu meninggalkannya.

Gadis itu buru-buru mengusap air matanya, saat Sofia datang kembali dengan paper bag di tangannya lalu menyodorkannya pada Stella.

"Pakai ini nanti malem!" titah Sofia.

Stella mengerjap setelah mengeluarkan gaun merah yang begitu terbuka.

"Mama beli gaun itu mahal, dan mama mau kamu pakai itu nanti malem!" ujar Sofia dengan nada paksaan.

"Tapi Ma, pakaiannya kenapa kayak gini? Aku nggak mau pakai!" tolak Stella sembari menjauhkan gaun itu. Maka mustahil jika Sofia tak naik pitam.

Sembari menjewer telinga putrinya Sofia lantas melayangkan kalimatnya. "Gunanya kamu hidup itu apa kalau nggak berguna buat mama?! Kamu harus cari uang yang banyak malam ini! Mama nggak mau tau!"

"Nggak mau! Kata Ayah, aku nggak boleh pakai baju kayak gini!" Stella masih berusaha menolak perintah ibunya.

Tangan Sofia berpindah menjambak rambut Stella hingga membuat gadis itu berteriak kesakitan.

"Kurang ajar kamu! Berani kamu sa--"

Triingg ... tringgg ....

Sofia membuang napas kasar saat deringan ponsel dalam genggamannya mengusik telingannya. Dengan kasar wanita itu melepas jambakannya dan beralih menggeser ikon panggilan teleponnya.

 𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora