🐑 40

1.7K 34 18
                                    

Pukulan keras dilayangkan oleh Marco pada Arel yang baru saja ia seret menuju belakang sekolah.

"Maksud lo apa?!" protes Arel tak terima.

"Sampah! Lo kan yang udah nyelakain Altra?!" tuduh Marco sembari mencengkram kerah seragam Arel.

Seluruh teman Marco, begitu juga dengan Semesta baru saja tiba dan hendak memisahkan mereka. Namun tangan Marco mengisyaratkan agar mereka tak ikut campur.

"Bukan gue!" tampik Arel masih dengan suaranya yang meninggi. "Lagian apa urusannya sama lo? Bukannya lo juga musuhnya?"

Marco terkekeh, "Seenggaknya gue nggak pengecut kayak lo! Apa lo nggak sadar? Kalau lo nggak ada apa-apanya dibanding dia!"

Pandangan Marco beralih menatap Semesta yang masih terdiam. "Gue kira lo teman yang baik buat dia."

Semesta tertawa pelan, dan berjalan mendekati Marco.

"Sejak kapan gue anggap dia teman?"

Marco mengepalkan tangannya, menahan hasrat untuk menghabisi Semesta sekarang juga. Marco paling benci dengan kebohongan.

"Selamanya gue benci sama Altra, dan ya! Kita akui kalau kita yang udah rencanain buat nyelakain dia, oh ... tadinya sih semua teman-temannya juga pengin kita celakain, tapi karena gue masih punya hati jadi--"

"Bacot lo bisanya! Cowok lo?!" bentak Marco begitu sarkas. Membuat para temannya berinsiatif untuk menajuhkannya dari Semesta dan Arel.

"Udah Bos! Jangan sampai Bos masukin anak orang lagi ke rumah sakit!" peringat Satria.

Marco hanya diam, sembari menatap Semesta yang terkulai di tanah, begitu pula dengan Arel yang bersandar lemas di dinding pagar.

"Sekali lagi gue tau kalian mau celakain dia sama teman-temannya, gue sendiri yang bakal habisin kalian!" ancam Marco lalu melangkah pergi diikuti oleh para temannya.

Pandangan Semesta beralih menatap Arel dengan tatapan tajam.

"Pokoknya apa yang dibilang Frada sama lo, harus lo jalanin!"


🐑

Dikarenakan luka Altra yang cukup serius, alhasil membuat cowok itu dilarikan ke rumah sakit oleh pihak sekolah. Sedari tadi Altra belum sadarkan diri, membuat Stella yang ada di sampingnya terus mengkhawatirkan kondisi suaminya.

"Stella, biarin Altra istirahat dulu, sekarang lo makan ya?"

Suara dari Alatas yang datang bersama Tika membuat perempuan itu menoleh sejenak, dan menggelengkan kepalanya.

"Gue mau nunggu Altra sampai dia sadar," ucap Stella sembari mengusap rambut Altra yang sedikit sembab.

"Dokter bilang kemungkinan dia sadar dua jam lagi, Aksa juga udah ngabarin orang tuanya, bentar lagi mereka ke sini. Sekarang lo makan dulu ya? Gue udah beliin makanan buat lo," tutur Alatas.

Tanpa cowok itu sadari, gadis yang berdiri di sampingnya lantas mencebikkan bibirnya sembari memukul pelan lengannya.

"Kenapa?" tanya Alatas beralih menatap Tika.

"Cemburu!" balas gadis itu dengan jujur. "Kak Ala ngomongnya alus banget kayak jalan aspal yang baru dibikin."

Alatas lantas terkekeh, tangannya seketika mengacak puncak kepala gadis itu.

"Stella lagi sedih, ya kali gue ngomongnya pakai urat," ucap cowok itu.

"Tenang aja, gue udah punya Altra, gue nggak bakal rebut cowok lo," sahut Stella dan berjalan menghampiri Alatas untuk menerima makanannya.

"Makasih buat makanannya, mau makan bareng?" tawar Stella dan diangguki oleh keduanya.

"Sayang, aku makan dulu ya? Kamu cepetan bangun, Mama sama Ayah mau ke sini," ucap Stella kembali mengusap rambut Altra sebelum dirinya beranjak menuju sofa.

tanpa mereka sadari tangan Altra mulai bergerak dari dalam selimut, dahinya berkerut dan mulutnya terlihat menggumam.

"Namaku Stella, kamu yang udah nolongin aku kemarin."

"Jangan pernah dekatin anak saya lagi! atau kamu tau akibatnya!"

"Mau janji sama aku?"

"Mau!"

"Altra, kalau kita nanti terpisah aku bakal cari cara buat kita kembali."

"Mama aku mau sama Altra!"

"Diem anak sialan!"

Keringat dingin seketika keluar dari dalam tubuh Altra, kepalanya terasa sangat berat hingga membuat kedua matanya sulit ia buka.

"Naora, kenapa kamu kasih tau tante itu kalau Stella sembunyi di sini?"

"Biarin! Dia udah rebut kamu dari aku!"

"Tapi kamu bukan siapa-siapaku! Jangan ngatur-ngatur!"

"Perebut! Lo udah rebut Ayah dari gue!"

"Altra maafin gue."

"Gue benci sama lo, Arshan!"

Kepala Altra bergerak gelisah, mulutnya sulit untuk terbuka.

"Stella, aku boleh peluk sama cium?"

"Boleh!"

Bughh!

"Altraa!"

"Sini ikut! Dasar anak nggak tau diuntung!"

"Mama jangan bawa aku lagi ke tempat itu, aku mau sama Altra!"

"Cewek yang lo kejar dari dulu itu Nurani, bukan Stella. Dia jal*ng, Mamanya juga perebut suami orang."

"Jangan dekatin Stella."

Deruan napas Altra begitu tak beraturan, bayangan akan masa lalunya seketika hadir dalam ingatannya.

"Genta, jangan sakiti Stella!"

Mendengar itu membuat mereka yang tengah menyantap makanannya seketika menarik atensinya pada Altra, begitu pula dengan Arshan yang baru saja tiba di ambang pintu.

"Arshan, jangan rebut ayah gue!"

Tbc.

 𝐀𝐋𝐓𝐑𝐀𝐊𝐒𝐀 (My Absurd Husband)Where stories live. Discover now