•twentythree-HAMPIRI•

627 41 5
                                    

''-
selamat membaca ay!🫀
[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]
''

'ღ'-selamat membaca ay!🫀[SILAHKAN VOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU]'ღ'

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Menarik langkah untuk mundur, menjauh dan memberikan jarak. Alina tak mengerti terkait apa yang sedang terjadi dengan perasaan nya. Seakan di dentum keras oleh hal aneh yang mampu memberikan buyaran tak terima.

Alina duduk diam di taman, tempat ini tak jauh dari kediaman Abi. Berjalan sedikit tak ngaruh dalam situasi seperti ini. Tempat ini sepi, tak ada satupun insan yang mengunjungi. Sesaat netra Alina menelisik pepohonan yang bergoyang di terpa angin sepoi sore hari.

Alina menghela nafas. Sepasang matanya menatap bouquet bunga matahari yang tergenggam di atas pangkuan nya. Jari jemari Alina tergerak mengelus kelopak bunga.

"Gue kira lo beda, ternyata sama aja."

"Tapi gue juga salah, gak seharusnya kan naruh lo di ruang yang berbeda."

"Tapi disisi lain perlakun lo juga salah, gak seharusnya bersikap lebih kayak yang udah terjadi selama ini."

Alina terkekeh miris. "Dari awal emang udah gak bener. Mana ada cowo baik yang sejak awal ketemu udah nyatain cinta? Berlagak cinta pada pandangan pertama."

Alina menaruh bouquet bunga matahari ini di bangku semen yang sedang ia duduki. Tergeletak begitu saja tanpa ada kehati-hatian lagi. Alina beralih merogoh tas nya, ia ambil sketchbook lilac dari dalam sana dan membuka lembaran yang di penuhi oleh beragam post-it warna warni.

Banyak goresan tinta yang terukir dari tangan Abi disana. Beragam kata membentuk sebuah kalimat suka. Abi benar-benar laki-laki manis yang berakhir sulit ditebak.

Tangan mungil itu beraksi, mencopot beragam kertas yang mengotori lembar sketchbook nya. Alina mengumpulkan notes persegi tersebut menjadi satu gumpalan yang remuk.

"Ayo paksa diri untuk menjauh dari hal-hal yang buat kamu sakit, Al."

Gumamnya seraya menjatuhkan remukan tersebut di dekat bouquet bunga yang tergeletak.

"Hidup menjadi lebih baik ketika berhenti mengharapkan sesuatu dari siapapun."

"Hari itu gue mulai suka semua hal tentang lo. Tapi hari ini gue mulai benci perihal lo, Kak."

"Sebelum lebih dalam lagi, emang lebih baik di akhiri."

Alina menghela nafas berat. Ia menutup sketchbook ini lalu kembali menyimpan di dalam tas. Alina spontan mengadah ketika rintik hujan tiba-tiba turun. Rotasi begitu cepat menampilkan kegelapan. Buru-buru Alina enyah dari tempat ini dan berlari menuju halte. Jejak serta barang-barang itu sengaja Alina tinggalkan. Tanpa beban dan rasa keberatan sedikitpun.

~o0o~

Langit sudah berubah menjadi gelap. Gerimis kecil membentuk beragam pola titik di seragam sekolah Alina. Tak amat basah sebab ia hanya berjalan sedikit dari halte depan menuju rumah nya. Satu-satu nya transportasi yang Alina andalkan, mau bagaimana pun ia enggan untuk memanfataakan ponsel nya sekarang. Sengaja membiarkan benda pipih itu mati tak berdaya tanpa mengandalkan powerbank yang selalu ia bawa. Alina cukup senggang dan tak terburu kali ini. Pasalnya, ayah sedang mengurus agenda kantor dan mengharuskan untuk pulang larut.

DANDELIONWhere stories live. Discover now